Mesir: Pengalaman yang Selalu Relevan
Mesir kembali menunjukkan bahwa pengalaman tetap menjadi faktor penting di Piala Afrika. Mohamed Salah masih menjadi pusat permainan. Pemain Liverpool ini mungkin tidak selalu mencetak banyak gol, tetapi kehadirannya memberi dampak besar pada struktur serangan Mesir.
Mesir bukan tim paling agresif, tetapi sangat efisien. Mereka jarang panik, terbiasa mengelola tempo, dan kerap memaksimalkan kesalahan kecil lawan. Pendekatan seperti ini sering terbukti efektif saat turnamen memasuki fase penentuan.
Senegal: Seimbang dan Sulit Dikalahkan
Senegal hadir dengan struktur tim yang solid dan kekuatan fisik yang konsisten. Nicolas Jackson menjadi salah satu tumpuan serangan. Pada musim ini, Jackson bermain untuk Bayern Munich di Bundesliga dengan status pinjaman dari Chelsea, dan pengalamannya di liga top Eropa memperkaya opsi menyerang Senegal.
Senegal mungkin tidak selalu dominan dalam penguasaan bola, tetapi mereka sangat terorganisir. Transisi cepat dan disiplin bertahan membuat mereka menjadi lawan yang tidak mudah disingkirkan.
Kesimpulan: Maroko Paling Siap Jadi Juara
Jika disimpulkan secara jernih, Nigeria adalah tim paling tajam dari sisi jumlah gol, tetapi Maroko adalah tim paling komplet. Mereka mencetak gol secara efisien, jarang kebobolan, dan memiliki pemain inti yang terbiasa bermain di level tertinggi sepak bola Eropa.
Dengan status tuan rumah, kedalaman skuad, dan kestabilan permainan, Maroko saat ini menjadi kandidat paling kuat untuk mengangkat trofi Piala Afrika 2025. Nigeria, Mesir, dan Senegal tetap menjadi ancaman serius, tetapi jika performa fase grup berlanjut, Maroko berada satu langkah di depan semua pesaingnya.