finnews.id – Piala Afrika 2025 semakin memperjelas peta kekuatan sejak fase grup berlangsung. Dari performa sementara, Maroko tampil paling komplet dan konsisten, membuat status tuan rumah berubah menjadi keuntungan nyata. Mereka bukan hanya menang, tetapi menang dengan kontrol permainan yang matang, keseimbangan lini, serta efisiensi tinggi dalam memanfaatkan peluang.
Meski Nigeria mencuri perhatian sebagai tim paling produktif dari sisi jumlah gol, Maroko tetap berada di posisi terdepan dalam bursa juara karena kombinasi antara ketajaman, disiplin bertahan, dan pengalaman pemain yang tersebar di klub-klub top Eropa.
Maroko: Favorit Utama dengan Skuad Paling Lengkap
Maroko menunjukkan karakter tim juara sejak awal turnamen. Salah satu motor serangan mereka adalah Brahim Díaz, gelandang serang Real Madrid. Pengalamannya bermain reguler di La Liga dan Liga Champions membuat alur serangan Maroko lebih variatif, terutama saat menghadapi lawan yang bermain rapat.
Di sisi kanan, Achraf Hakimi yang membela Paris Saint-Germain memberi dimensi berbeda. Ia tidak hanya berfungsi sebagai bek, tetapi juga sebagai sumber progresi bola dan ancaman di sepertiga akhir. Kecepatannya membuat Maroko mampu mengubah fase bertahan ke menyerang dalam hitungan detik.
Peran penyeimbang dimainkan Sofyan Amrabat, yang pada musim ini memperkuat Real Betis di La Liga dengan status pinjaman dari Fenerbahçe. Amrabat menjaga stabilitas lini tengah, memutus serangan lawan, sekaligus memastikan Maroko tidak kehilangan kontrol tempo. Kombinasi tiga pemain ini membuat Maroko tidak hanya tajam, tetapi juga rapi.
Nigeria: Paling Tajam secara Produktivitas Gol
Jika tolok ukur ketajaman adalah jumlah gol, Nigeria berada di posisi teratas. Mereka mencetak gol paling banyak di fase grup, dengan Victor Osimhen sebagai ujung tombak utama. Osimhen kini membela Galatasaray di Liga Turki dan tetap menunjukkan insting gol yang sama seperti saat bersinar di level Eropa.
Nigeria juga mengandalkan Ademola Lookman dari Atalanta. Pemain ini berperan penting dalam membuka ruang, baik melalui penetrasi dari sisi sayap maupun pergerakan tanpa bola ke area tengah. Kombinasi Osimhen dan Lookman membuat Nigeria sangat berbahaya saat menemukan ritme menyerang.
Namun, tantangan Nigeria terletak pada konsistensi bertahan. Dalam fase gugur, tim dengan lini belakang kurang disiplin sering kali kesulitan menjaga keunggulan.