Upaya itu berhasil sejauh ini. Kini, Geopark Ciletuh Palabuhanratu masih berstatus UNESCO Global Geopark dan baru saja melalui proses evaluasi positif pada 2025.
Meski ditutup untuk aktivitas manusia, wisatawan masih dapat menikmati Pulau Kunti secara terbatas. Pengunjung diperbolehkan melihat pemandangan pulau dari perahu wisata, tetapi tidak diizinkan turun atau memasuki kawasan pulau.
Iwan menyebutkan bahwa pelaku usaha perahu wisata dan pengelola geopark telah sepakat untuk mensterilkan Pulau Kunti dari aktivitas manusia langsung sejak 1 Januari 2024. Kesepakatan ini diambil demi menjaga kelestarian kawasan sekaligus memberikan kepastian aturan bagi pelaku wisata.
Tentang Pulau Kunti
Pulau Kunti terletak di ujung semenanjung kawasan Hutan Suaka Margasatwa Cikepuh atau Cagar Alam Cibanteng, Kabupaten Sukabumi. Pulau ini memiliki pasir putih serta formasi batuan vulkanik purba yang menjadi bagian dari warisan geologi Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.
Sebelum ditutup sepenuhnya, wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Kunti harus mengantongi izin khusus atau SIMAKSI. Kini, larangan total diberlakukan demi menjaga fungsi konservasi dan keberlanjutan kawasan geopark.
Penutupan Pulau Kunti menjadi langkah penting dalam melindungi lingkungan sekaligus mempertahankan status Geopark Ciletuh Palabuhanratu sebagai geopark global yang diakui UNESCO. Meski tidak lagi bisa disambangi secara langsung, keindahan Pulau Kunti tetap dapat dinikmati dari perairan di sekitarnya.
Di Pulau Kunti terdapat sebuah gua purba yang dikenal dengan sebutan Gua Anti Jomblo. Gua ini menghadap langsung ke laut dan telah lama lekat dengan mitos lokal sebagai tempat yang dipercaya dapat mempercepat datangnya jodoh bagi mereka yang memasukinya. Cerita tersebut berkembang turun-temurun di kalangan masyarakat, meski kerap disebut hanya sebagai kepercayaan dan bukan fakta ilmiah.
Secara geologis, gua di Pulau Kunti terbentuk akibat abrasi laut selama jutaan tahun, ketika gelombang terus menghantam tebing batuan purba hingga membentuk rongga alami. Suara gema ombak yang memantul di dinding gua bahkan disebut menyerupai tawa, yang kemudian melahirkan berbagai kisah mistis.