finnews.id – China mengkritik kesepakatan senjata terbaru Amerika Serikat (AS) dengan Taiwan. China mengatakan penjualan tersebut “mempercepat” ancaman perang di Selat Taiwan.
Pekan lalu, AS mengumumkan penjualan senjata senilai USD11,1 miliar ke Taiwan. Ini merupakan penjualan paket senjata AS terbesar yang pernah ada untuk negara pulau tersebut.
“Pihak AS telah mengingkari komitmennya, meningkatkan penjualan senjata ke Taiwan dan memperkuat penerimaannya terhadap Taiwan, memicu kesombongan lebih lanjut dan mempercepat ancaman perang di Selat Taiwan,” kata Zhang Xiaogang, juru bicara Kementerian Pertahanan China, Kamis, 25 Desember 2025.
“Amerika Serikat harus menghentikan semua “provokasi” dan memperbaiki “tindakan salahnya,” lanjut Zhang pada konferensi pers reguler.
Menurutnya, RUU AS yang negatif terkait Taiwan secara sembarangan mencampuri urusan internal Tiongkok dan mengirimkan sinyal yang salah kepada kekuatan separatis kemerdekaan Taiwan. “Ini secara serius merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” katanya.
Juru bicara tersebut juga mendesak AS untuk “memahami sepenuhnya sensitivitas tinggi isu Taiwan, dengan sungguh-sungguh mematuhi prinsip satu Tiongkok dan tiga komunike bersama Sino-AS”.
Ia juga menambahkan bahwa AS harus “sangat berhati-hati” dalam menangani isu-isu terkait Taiwan.
China meminta AS menghentikan persenjataan pulau tersebut dengan cara apa pun, dan “mengambil tindakan konkret untuk menjaga situasi keseluruhan hubungan bilateral antara kedua negara dan kedua militer”.
Penjualan Paket Senjata Terbesar AS ke Taiwan
Penjualan senjata yang diusulkan, yang disetujui oleh AS pada 18 Desember, mencakup delapan item, termasuk sistem roket HIMARS, howitzer, rudal anti-tank Javelin, drone amunisi jelajah Altius, dan suku cadang untuk peralatan lainnya, kata kementerian pertahanan Taiwan dalam sebuah pernyataan.
“Amerika Serikat terus membantu Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai dan dalam membangun kekuatan pencegahan yang kuat dengan cepat serta memanfaatkan keunggulan perang asimetris, yang menjadi dasar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional,” demikian pernyataan tersebut pada saat itu.