Finnews.id – Ada kabar kurang mengenakkan bagi pecinta mobil listrik di Indonesia. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengaku belum menerima proposal mengenai insentif mobil listrik untuk 2026.
“Saya belum terima. Nanti kita lihat. Tapi saya belum dapat proposal akhir, paling gak sampai sekarang,” ucap Purbaya di Jakarta, pada Rabu, 24 Desember 2025.
Purbaya justru menyoroti soal penjualan mobil di Indonesia yang mulai membaik dalam beberapa bulan terakhir.
Ia berpendapat lesunya penjualan mobil pada awal tahun 2025 disebabkan oleh masalah ekonomi yang membuat daya beli masyarakat menurun.
“Jadi kalau kita dorong pertumbuhan ke arah 6%, harusnya penjualan mobil akan tumbuh. Bukan negatif lagi, udah positif tahun depan,” tuturnya.
Purbaya juga meyakini perbaikan ekonomi akan menjadi faktor utama pendorong penjualan mobil, bukan insentif.
Sinyal Insentif Mobil Listrik Impor Tak Diperpanjang
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga memberikan sinyal bahwa insentif kendaraan listrik impor untuk completely built up (CBU) tidak akan berlanjut tahun depan.
Hal ini disebabkan karena kebijakan tersebut dinilai mengganggu industri otomotif dalam negeri.
“Kalau isu CBU mengganggu industri komponen, sehingga industri turun dan berdampak ke otomotif dalam negeri, karena keluarnya izin masuk CBU ada kaitan dengan skema investasi, itu ada hitungan berapa mobil per investasi,” jelas Agus.
Kebijakan insentif ini sebelumnya bertujuan untuk menarik investasi dari pabrikan luar negeri seperti BYD dan VinFast untuk membangun pabrik di Indonesia.
Dengan belum adanya kejelasan mengenai insentif mobil listrik 2026, masa depan industri mobil listrik di Indonesia menjadi tanda tanya.
Apakah pemerintah akan lebih fokus pada pengembangan industri mobil konvensional atau tetap memberikan dukungan untuk mobil listrik?
“Saya yakin ke depan akan bagus. Jadi bukan karena insentif, tapi karena daya beli membaik, karena ekonominya berjalan lebih bagus, karena kita harus lebih bagus,” sambung Purbaya.