Finnews.id – China semakin mengokohkan diri sebagai penguasa industri baterai global, seiring melonjaknya permintaan internasional terhadap baterai kendaraan listrik (EV) dan sistem penyimpanan energi.
Pada 2025, nilai ekspor baterai China diperkirakan melampaui US$65 miliar atau setara Rp1.090 triliun, menjadikannya salah satu mesin pertumbuhan ekonomi terbesar negara tersebut.
Lonjakan ini tak hanya ditopang transisi energi hijau dunia, tetapi juga kebutuhan daya raksasa untuk data center kecerdasan buatan (AI) yang terus berkembang pesat.
Perusahaan-perusahaan China diperkirakan mencatat kenaikan pengiriman sel baterai lithium-ion hingga 75% sepanjang 2025.
Khususnya untuk kebutuhan penyimpanan energi. Dorongan terbesar datang dari ekspansi pusat data domestik, serta kebijakan reformasi dan subsidi pemerintah yang agresif.
“Para produsen penyimpanan energi kebanjiran pesanan dan bekerja lembur untuk memenuhi permintaan,” ujar Cosimo Ries, analis kebijakan dari Trivium China.
Data menunjukkan ekspor baterai China mengalir deras ke berbagai kawasan dunia, mulai dari Eropa, Asia, Amerika Utara, Oseania, Amerika Latin, hingga Timur Tengah.
Kawasan Eropa dan Timur Tengah menjadi pasar dengan pertumbuhan paling agresif dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan Ember yang dikutip Reuters, dominasi China tak terlepas dari kemampuannya menyediakan baterai dalam skala besar dengan harga kompetitif.
Produsen China Kuasai Rantai Pasok Dunia
Enam dari pemasok sel baterai terbesar dunia berasal dari China. Nama-nama seperti CATL, BYD, HiTHIUM, CALB, REPT BATTERO, dan EVE Energy mendominasi pasar global.
Dalam jajaran 10 besar dunia, hanya satu perusahaan non-China, yakni AESC dari Jepang.
Penjualan penyimpanan energi EVE melonjak 35,51% dalam tiga kuartal pertama 2025, sementara pengiriman REPT BATTERO mencetak rekor tertinggi pada kuartal ketiga.
Kebutuhan energi raksasa untuk pusat data AI, terutama di Amerika Serikat, turut mengerek permintaan baterai China.
Analis UBS menilai kombinasi tenaga surya dan penyimpanan baterai menjadi solusi paling realistis untuk menopang lonjakan konsumsi listrik AI.