finnews.id – Bencana banjir besar yang melanda Kabupaten Aceh Timur menimbulkan kerugian material yang sangat besar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur mencatat, total kerugian sementara akibat bencana hidrometeorologi tersebut diperkirakan mencapai Rp5,39 triliun.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Aceh Timur, Afifullah, mengatakan nilai kerugian tersebut mencakup kerusakan rumah warga, fasilitas umum, infrastruktur, serta dampak ekonomi masyarakat yang terdampak banjir hampir di seluruh wilayah kabupaten.
“Angka ini masih bersifat sementara. Pendataan terus kami lakukan karena masih banyak wilayah di lapangan yang terisolasi dan belum sepenuhnya terjangkau,” ujar Afifullah di Aceh Timur, Minggu (14/12/2025).
Ribuan Rumah Warga Rusak
BPBD mencatat kerusakan rumah warga akibat banjir cukup parah. Sebanyak 6.717 unit rumah mengalami rusak berat, 4.671 unit rusak sedang, dan 7.040 unit rusak ringan.
Selain permukiman warga, banjir juga merusak berbagai fasilitas umum dan infrastruktur penting, di antaranya jembatan, jalan, rumah ibadah, sekolah, meunasah, dermaga, serta fasilitas layanan publik lainnya.
Ratusan Ribu Warga Terdampak
Banjir dipicu oleh curah hujan tinggi disertai meluapnya sejumlah sungai besar di Aceh Timur pada akhir November 2025. Akibatnya, 267.714 jiwa dari 64.610 keluarga terdampak, tersebar di 433 gampong di 24 kecamatan.
Dari jumlah tersebut, 44.941 jiwa dari 11.897 keluarga terpaksa mengungsi di 689 titik pengungsian. Sementara 3.434 jiwa dari 1.024 keluarga memilih bertahan di rumah meski dalam kondisi serba terbatas.
“Ketinggian air bervariasi, mulai dari 10 sentimeter hingga mencapai tiga meter di sejumlah wilayah terparah,” jelas Afifullah.
Korban Jiwa dan Kendala Penanganan
Selain kerugian material, banjir juga menimbulkan korban jiwa. BPBD mencatat 52 orang meninggal dunia, 894 orang mengalami luka ringan, dan 306 orang luka berat.
Penanganan darurat di lapangan masih menghadapi berbagai kendala, mulai dari pemadaman listrik, terhambatnya transportasi akibat keterbatasan bahan bakar, hingga terputusnya jaringan komunikasi. Keterbatasan perahu karet juga menjadi hambatan dalam proses evakuasi dan distribusi bantuan.
“Beberapa wilayah masih terisolasi karena jembatan rusak, longsor, dan jalan terputus. Ini menjadi tantangan besar dalam penanganan darurat,” katanya.
Pemerintah daerah bersama unsur terkait terus berkoordinasi untuk mempercepat penanganan darurat, penyaluran bantuan, serta pendataan lanjutan terhadap dampak banjir.
BPBD Aceh Timur juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi.
“Kami berkomitmen untuk terus hadir dan membantu masyarakat hingga kondisi benar-benar pulih,” pungkas Afifullah.