Sri Wasono Widodo
I kasus ini mengingatkan saya pada peristiwa yang dialami oleh salah satu imam. llmam Ahmad bin Hambal pada waktu Dinasti Abbasiyah di bawah Khalifah Al Ma’mun dan khalifah Al Mu’tasim mengalami fitnah terhadap pemahaman Mu’tazilah bahwa selain Allah adalah makhluk. Imam Ahmad ketika ditanya tetap berpendapat bahwa Alquran bukanlah makhluk. Ketika dipaksa dengan ancaman akan dihukum beliau tetap berpendapat bahwa Alquran bukanlah makhluk melainkan dalam Allah. Meskipun di dalam Islam boleh berbohong demi keselamatan nyawa namun imam Ahmad takut kalau pendapatnya bahwa Alquran makhluk nantinya akan dianut banyak orang. Suatu saat imam Ahmad didatangi orang yang mengaku pencuri. Dia mengatakan ketika ditangkap petugas meskipun dia mencuri tetap mengganggu tidak akan mencuri. Apalagi imam Ahmad tidak melakukan kesalahan maka harus tetap bersih keras berpendapat bahwa Alquran adalah kalam Allah. Maka akhirnya imam Ahmad dipenjara dan disiksa. Karena karena berganti rezim penyiksaan itu baru berhenti.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
KEKUATAN RUTINITAS KECIL.. Yang justru saya soroti dari Catatan Harian Dahlan hari ini bukan soal fitnah, bukan soal jetlag, tapi soal rutinitas kecil yang diam-diam menyelamatkan jiwa. Di tahanan, bu Ira punya tiga senjata sederhana, yaitu: 1). membaca, 2). pilates, dan 3). pingpong. Terdengar sepele, tapi justru hal-hal kecil seperti itu yang menjaga seseorang tetap waras. Pilates minimalis, tapi cukup membuat tubuh tidak menyerah. Pingpong amatir, tapi bisa menang 15-0—itu artinya fokusnya tetap hidup. Dan membaca buku berat dalam bahasa Inggris? Itu bukan hobi, itu terapi. Menarik juga melihat bagaimana kebiasaan kecil itu ikut terbawa setelah bebas. Bahkan lampu rumah yang terlalu terang pun seperti simbol bahwa ritme hidupnya berubah drastis. Dan ia harus menciptakan ritme baru. Kadang kita pikir yang menyelamatkan seseorang dari tekanan berat adalah hal-hal besar. Padahal seringnya justru rutinitas sederhana yang tidak kita sadari: 1). gerak sedikit, 2). baca sedikit, 3). senyum sedikit. Kisah bu Ira dan pak Harry ini mengingatkan saya, angan remehkan kebiasaan kecil. Karena justru itu yang membuat manusia tetap berdiri ketika badai mencoba mematahkan. Bagaimana dengan Anda?