“Tadi pasti sakit sekali ya?” sapa saya.
Diam.
“Tadi sampai menangis ya?”
Diam.
“Anda tadi sudah bisa berjalan 20 langkah ya,” kata saya melebih-lebihkan hasil fisioterapinyi.
Diam.
“Besok akan lebih sakit dari itu. Besok Anda akan diminta latihan lebih berat,” kata saya.
Diam.
“Sebentar lagi kalau badan Anda agak panas, jangan risau. Itu akibat fisioterapi yang berat tadi,” kata saya sambil menempelkan telapak tangan ke keningnyi. Suhu normal.
Sabtu pagi kemarin dia menjalani fisioterapi ketiga. Meski tidak bicara, saya yakin dia sudah siap mental untuk menerima sakit yang lebih berat.
Selesai fisioterapi dia baru mau bicara. “Tidak sesakit kemarin,” katanyi. Tidak senyum tapi juga tidak merengut. Jiwanya terlihat bahagia.
Membuat bahagia istri ternyata mudah: memberikan gambaran yang berat, lalu dia bahagia ketika ternyata kenyataannya tidak berat. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 13 Desember 2025: Ira Fatana
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
FITNAH SEBAGAI PROSES PEMURNIAN Yang paling menggetarkan dari kisah ini bukan soal jetlag, bukan pula soal lampu rumah yang “terlalu terang”—tapi cara Ira membaca ulang hidupnya melalui lensa fatana: dimurnikan. Tidak banyak orang yang sanggup melihat fitnah sebagai proses penyaringan jiwa. Biasanya kita marah, meledak-ledak, atau sibuk membela diri. Ira justru memilih membaca As-Subhi berulang kali, merenungkan ayat demi ayat, sambil tetap menjadi imam salat bagi para tahanan. Di situ letak kelasnya. Dan jujur saja, saya terpukau bahwa di tengah tekanan mental, ia masih sempat menamatkan novel-novel berat, dari Elif Shafak sampai A. Helwa. Banyak orang di luar tahanan pun belum tentu sanggup. Kisah ini menunjukkan bahwa kemurnian bukan muncul dari gelar, jabatan, atau panggung megah Pacific Place—tapi dari cara seseorang berdamai dengan badai yang menimpanya. Yang lain mungkin retak. Dia memilih tumbuh. Itu bukan jetlag. Itu upgrade jiwa.
Sugi
Suasana subuh memang bikin otak paling jernih. Itulah kenapa Disway rajin terbit jam segini. Saya mau banget baca jurnal ilmiah Bu Ira tsb. Boleh minta link-nya Bah? Yang soal transisi entrepreneur to sosiopreneur. Jawaban beliau soal itu terasa sangat dalam sekali bagi saya.