Udin Salemo
Inyong baru paham kenapa setiap dipitnah, mantan sesuatu hanya diam. Tak menanggapi. tak baper. apalagi marah-marah. Ternyata, seperti kata mba Ira mantan sesuatu sedang mengalami proses “semacam dimurnikan.” sugoooiii…
Beny Arifin
Saya penggemar mbak Reza. Dan kebangetan kalau Pak Dahlan tidak mengenali. Tapi begitu lihat fotonya saya juga ga ngenali ternyata. Benar benar beda penampilannya. Tapi kalau sudah nyanyi satu kata saja misal “Pertama…” saya insyaAllah hapal suaranya.
Muhammad Zainuddin
Oh, satu lagi @Pak Jokosp Kata “cukup” (cukup bisa beli ini, cukup bisa beli itu), itu dalam bahasa Arab disebut dengan “ghaniyyun / aghniyya”, alias kaya, berkecukupan, tidak butuh bantuan dari siapapun. Jadi ketika Pak Jokosp memilih menjadi orang yang “cukup”, artinya Pak Jokosp sedang memilih untuk masuk kuadran orang kaya. Parameter kaya dan miskin itu adalah dari kecukupan itu. Orang miskin selalu berkekurangan, karena memang serba kurang secara kebutuhan. Orang kaya? Sebaliknya. Bisa beli itu, bisa beli ini, karena uangnya cukup, bahkan berlebih, maka dari itu disebut kaya. Jadi, alhamdulillah, Pak Jokosp memilih untuk menjadi kaya / aghniyya / berkecukupan selama hidup di dunia.
Muhammad Zainuddin
@Pak Jokosp Hadits yang menyatakan bahwa orang miskin masuk surga 500 tahun lebih dulu dibanding orang kaya, bermasalah dari 3 segi. 1. Segi sanad / mata rantai periwayatan. Di mata rantai riwayat hadits ini ada nama Ibnu ‘Amrin, yang oleh Imam ad-Daruquthni dinilai sebagai periwayat hadits yang dha’if (lemah). 2. Segi matan / isi hadits. Riwayat hadits ini bertentangan dengan logika. Mari kita telaah. Orang miskin yang beriman, versus orang kaya yang beriman plus dermawan, kira-kira yang mana yang timbangan amal kebaikannya lebih berat? Miskin beriman nol amal sosial, ataukah kaya beriman plus amal sosial? Maka secara logika ini saja, orang kaya beriman dermawan, akan lebih dulu masuk surga, dibanding miskin beriman yang tidak punya banyak amal kedermawanan. 3. Dari segi peringkat. Riwayat hadits ini tidak ditulis oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, sedangkan dalam agama Islam aliran Ahlussunnah wal Jama’ah, kitab hadits paling shahih itu hanya 2, kitab hadits Shahih Bukhari dan kitab hadits Shahih Muslim. Riwayat hadits mana saja yang tidak tercatat di Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, maka derajat haditsnya lebih rendah, untuk diterima. Ini hanya sharing wawasan saja. Bukan debat.