finnews.id – Bencana banjir bandang yang melanda Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menimbulkan tumpukan sampah di sejumlah titik. Setidaknya ada 3.327 ton sampah pascabencana di wilayah Kota Padang.
Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Padang terus bergerak melakukan pembersihan dan menjadwalkan penanganan sampah dalam waktu sembilan hari.
Dengan optimalisasi pemanfaatan ulang material, diyakini target penuntasan sembilan hari dapat tercapai.
“Meski volumenya sangat besar, tidak semua material perlu diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA),” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Fadelan Fitra Masta, Senin, 1 Desember 2025, dikutip Antara.
Menurutnya, total tumpukan sampah yang mencapai 3.327 ton itu meliputi backlog lima hari, sampah spesifik bencana dari permukiman terdampak, serta kayu gelondongan dalam jumlah besar yang terbawa dari hulu sungai.
Bagian terbesar dari beban sampah ialah kayu gelondongan yang diperkirakan mencapai 1.100 ton.
Masyarakat Manfaatkan Sampah Kayu untuk Bahan Bakar
DLH memastikan bahwa volume yang benar-benar harus diangkut tidak sampai separuh. Sebab, masyarakat di kawasan pesisir secara aktif memungut dan memanfaatkan kayu tersebut.
Termasuk pelaku usaha kecil yg menggunakannya sebagai bahan bakar untuk kebutuhan produksi.
“Kami berupaya agar tidak semua sampah kayu masuk ke TPA. Selain dimanfaatkan oleh masyarakat, sebagian besar akan kami salurkan ke PT Semen Padang sebagai bahan bakar alternatif,” jelasnya.
Ia menyampaikan sejak hari pertama pemulihan pascabencana, petugas Lembaga Pengelola Sampah (LPS) dan bank sampah telah menerapkan pemilahan langsung di lapangan sehingga sebagian material dapat segera dimanfaatkan kembali melalui pendekatan reduce, reuse, recycle (3R).
Langkah tersebut, ujar dia, sekaligus mengurangi tekanan pada armada dan mempercepat proses normalisasi layanan. Termasuk pula untuk memastikan bahwa penanganan pascabencana tidak hanya cepat, tetapi juga efisien dan berwawasan lingkungan.