Infrastruktur Tua dan Faktor Tambahan yang Memperburuk Situasi
Krisis air Iran tidak hanya karena kekeringan. Beberapa pejabat menyoroti buruknya infrastruktur yang sudah berusia puluhan tahun. Pipa-pipa tua mengalami kebocoran besar yang membuat air terbuang sia-sia. Selain itu, kerusakan akibat konflik militer beberapa waktu lalu juga ikut memperburuk distribusi air.
Di sejumlah provinsi selain Tehran, situasi juga tidak jauh berbeda. Mashhad, kota terbesar kedua, melaporkan bahwa beberapa waduk hanya menyisakan kurang dari tiga persen kapasitas. Banyak wilayah bahkan sudah berhenti mengandalkan beberapa bendungan karena benar-benar kering.
Krisis yang Sudah Lama Diperingatkan
Para ahli lingkungan telah memperingatkan potensi krisis air Iran sejak bertahun-tahun lalu. Faktor perubahan iklim, pertumbuhan populasi, konsumsi berlebihan, serta manajemen air pertanian yang boros menciptakan tekanan besar pada sumber air Iran. Sayangnya, tidak banyak perubahan signifikan yang bisa mereka lakukan, meski peringatan datang berkali-kali dari akademisi dan lembaga internasional.
Sekarang, lebih dari 16 juta orang di Tehran, Karaj, dan Mashhad hidup dalam kecemasan apakah air akan tetap mengalir atau berhenti kapan saja.
Akankah Hujan Menjadi Penyelamat?
Harapan utama pemerintah kini bergantung pada hujan musim gugur. Namun, prakiraan cuaca menunjukkan bahwa Iran kemungkinan tidak akan menerima curah hujan signifikan dalam waktu dekat. Tanpa perubahan cuaca ataupun strategi besar penanganan, krisis air Iran akan terus memburuk.
Krisis air Iran akhirnya menjadi peringatan global bahwa kesalahan manajemen sumber daya, perubahan iklim, serta infrastruktur usang dapat mengubah kota metropolitan besar menjadi wilayah yang tidak layak huni. Pertanyaannya bukan lagi apakah Tehran akan krisis air, tetapi kapan situasi mencapai titik tidak kembali.
Referensi
BBC News
Reuters
Al Jazeera
The Guardian
National Geographic