Namun stimulus ini turut menimbulkan kekhawatiran fiskal, mengingat pendanaan sebagian akan berasal dari penerbitan obligasi baru, di saat utang Jepang sudah melampaui 200% dari PDB, tertinggi di dunia maju.
Kecemasan investor langsung tercermin di pasar keuangan. Obligasi pemerintah Jepang (JGB) mengalami aksi jual besar-besaran. Yield 10-year JGB melonjak hingga 1,817%, level tertinggi sejak 2008, sementara yield tenor panjang seperti 20Y, 30Y, hingga 40Y juga mencetak rekor.
Di waktu yang sama, yen terus melemah dan menyentuh posisi terlemahnya dalam 10 bulan, menandakan menurunnya kepercayaan investor terhadap kestabilan ekonomi dan arah kebijakan fiskal Jepang.
Situasi pun makin pelik dengan memanasnya hubungan Jepang dan China.
Ketegangan meningkat setelah komentar PM Takaichi terkait Taiwan mendorong pemerintah China menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Jepang.
Dampaknya langsung terasa di pasar saham, dengan sektor pariwisata Jepang anjlok sekitar 3% pada perdagangan Senin. Tekanan ini bukan perkara kecil, mengingat turis China merupakan yang terbesar pada 2025, mencapai 5,7 juta wisatawan atau 23% dari total kedatangan.
Para ekonom memperingatkan potensi dampak jangka panjang jika perselisihan berlanjut.
Ekonom Nomura, Takahide Kiuchi, memperkirakan ketegangan ini dapat mengurangi PDB Jepang hingga 1,79 triliun yen, atau sekitar 0,29% dalam satu tahun. Jepang pernah mengalami kejadian serupa pada 2013, ketika kedatangan turis China turun hampir 8% setelah sengketa wilayah Senkaku/Diaoyu pada 2012.
Mastercard Economics Institute mencatat bahwa pariwisata masuk menyumbang 0,4 poin persentase terhadap pertumbuhan PDB Jepang tahun lalu, sehingga setiap guncangan pada sektor ini berpotensi langsung menekan kinerja ekonomi.
Moody’s Analytics juga menilai bahwa jika kedatangan turis China turun separuh, pertumbuhan PDB Jepang dapat terpangkas 0,2 poin.
Apa Dampak Kondisi Ekonomi Jepang terhadap Indonesia?
Tekanan yang terjadi di Jepang tidak hanya berdampak pada perekonomian domestik mereka, tetapi juga berpotensi menular ke negara mitra nya termasuk Indonesia. Baik melalui perdagangan seperti ekspor, penerbitan surat utang berdenominasi yen (Samurai Bonds), hingga realisasi investasi langsung.
Ekspor Indonesia ke Jepang
Melemahnya ekonomi Jepang perlu menjadi perhatian Indonesia mengingat Jepang masih tergolong mitra dagang utama. Data historis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai ekspor Indonesia ke Jepang cenderung besar.