KEMARIN, pukul 04.30 saya sudah bangun. Saya ada janji ke satu tempat sedikit di luar kota Wamena. Memang janjinya masih jam enam pagi, tapi saya harus berolahraga dulu. Harus satu jam. Maka saya lakukan senam SDI (senam Dahlan Iskan) di kamar –pakai musik dari HP. Jendela kaca saya buka sedikit agar udara sejuk dari luar bisa masuk kamar.
Wamena hujan sepanjang malam. Tidak ada kemarau atau musim hujan di sana. Cuaca bisa berubah tiba-tiba. Tidak pula ada musim panas. Tuhan memasang AC siang malam untuk siapa saja tanpa pandang miskin dan kaya.
Di tengah senam, fajar mulai menyingsing. Pepohonan mulai kelihatan basahnya. Hujan sudah reda. Semua tepat waktu. Selesai mandi jemputan sudah datang. Ruang sarapan belum lagi dibuka.
Di perjalanan, setelah meninggalkan kota, saya baca papan nama: Koperasi Merah Putih. “Nanti, baliknya, kita berhenti di situ. Ingin tahu koperasi itu,” kata saya kepada sahabat Disway yang mengemudikan Avanza.
Wamena ini indah sekali. Di pagi hari, indahnya bertambah-tambah. Sungai-sungainya dialiri air deras. Suara airnya bergemuruh. Air dan batu seperti saling berlompatan sambil berbisik keras.
Kembali ke kota, mobil berhenti di pinggir jalan –tepat di seberang papan koperasi. Jalan aspal itu sempit. Mobil di belakang kami membunyikan klakson –pertanda minta jalan. Rupanya sahabat Disway kurang menepikan mobil.
Saya sapa pengemudi mobil di belakang itu. Ia ikut turun. Saya sampaikan bahwa saya hanya ingin berhenti sebentar untuk memotret papan koperasi itu. “Saya ketua koperasinya,” ujarnya. Kok begitu kebetulan. Ia pun mengajak saya jalan menuju pintu pagarnya yang masih tutup. Ia buka pintu itu. Kami pun masuk.
“Ini koperasi serbausaha,” katanya.
“Bangunan ini baru?”
“Bangunan lama kantor desa yang direnovasi,” katanya.
Ia pun minta izin buru-buru meneruskan perjalanan. Ia diundang ke suatu rapat pagi-pagi.
Kami juga meneruskan perjalanan kembali ke hotel. Di tengah kota terlihat dua bangunan bagus sekali. Itu kantor sementara gubernur Papua Pegunungan. Di sebelahnya lagi itu kantor bupati Jayawijaya.