Saat masih sama-sama SMA, sejujurnya, saya tidak merasa beruntung! Karena, merasa mendapat saingan, lawan berat! Termasuk, saingan dalam hal organisasi di sekolah.
Ira, sejak SMA sudah tegas dan punya prinsip. Waktu SMA itu –tahun 1984, dia sudah maju ke kepala sekolah untuk izin memakai jilbab. Saya, teman sekelasnyi, bukannya mendukung. Saya malah menentangnyi dengan prinsip sok pakai aturan: “Kalau mau pakai jilbab ya di sekolah …..” Saya menyebut nama sekolah agama waktu itu.
Astaghfirullah. Saya masih jahiliyyah saat itu. Ira mengaku saat itu sakit hati dengan saya. Kami sekelas, tapi tidak seiring.
Dan, itu berlanjut saat pemilihan ketua OSIS. Saya saat itu ketua kelas. Saya terpilih jadi ketua kelas, bukan Ira, bukan karena lebih baik, dari dia. Lebih karena, teman cowok banyak milih saya.
Teman-teman yang saat itu kebanyakan masih remaja, naif, memang banyak yang segan dengan Ira. Dia tegas dan cenderung galak. Berani, bahkan saat harus berdebat melawan cowok.
Saya juga beruntung, teman-teman cewek, memilih saya. Kata Ira, karena kerjaan saya tebar pesona …hehehe. Jadilah, saya yang terpilih jadi ketua kelas.
Tapi, Ira yang berkualitas tetap punya tempat: dia dipilih jadi wakil kelas saya untuk maju dalam pemilihan Ketua OSIS.
Ira yang saat itu juga memimpin tim majalah sekolah, punya peluang untuk menang. Karena, yang berhak memilih adalah para ketua kelas. Dari kelas 1 sampai kelas 3, di setiap tingkat ada 8 kelas.
Ira gagal mendapat suara terbanyak. Dia di urutan 2, dan jadi wakil ketua OSIS. Dan, tahukah penyebabnya? Ya, antara lain karena saya, yang saat itu naif, merasa Ira saingan, tidak memilih dia. Saya bahkan berkampanye againts her. Maafkan ya Ir..
Tapi, itulah Ira yang harus saya akui, saat itu sudah lebih dewasa dari saya. Hal itu tidak menjadikan kita bermusuhan. Kita masih sering berdebat, tapi bukan berarti tidak bersahabat.
Saat sama-sama kelas 3 dan tidak lagi berorganisasi, kita sering bareng lagi. Ia tidak segan ke rumah, bersama teman-teman lain, untuk belajar jelang ujian. Untuk pelajaran yang dia anggap saya lebih bisa, dia tidak segan belajar. Itu di pelajaran Bahasa Inggris.