Catatan Dahlan Iskan

Airmata Ira

Bagikan
Airmata Ira
Mantan Direktur Utama PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero), Ira Puspadewi-Istimewa-
Bagikan

Kesalahan pertama yang di-framing-kan kepada Ira adalah: Ira beli kapal bekas. Dia dianggap bersalah. Di situ pemahaman bisnis sama sekali tidak ada. Tidak bisa membedakan antara beli perusahaan dan beli kapal. Melihat kedunguan seperti itu rasanya dada ini meledak!

Saya akan terlalu emosional kalau harus meneruskan tulisan ini. Saya masih punya harapan: pengadilan tinggi akan membebaskan Ira. Sikap Ketua Majelis Hakim Sunoto yang menganggap Ira tidak bersalah adalah modal utama untuk naik banding.

Bahwa sang ketua kalah suara dari dua hakim lainnya itulah pahitnya. Hakim takut untuk membebaskan terdakwa yang oleh jaksa dituntut hukuman delapan tahun. Paling berani hakim hanya menghukum separo lebih ringan dari tuntutan itu.

Tapi bukan tidak ada hakim yang hebat. Di samping sang ketua itu, masih ada hakim yang mengadili mantan menteri perdagangan Tom Lembong. Juga hakim yang mengadili Milawarman, dirut BUMN Bukit Asam.

Kasus Milawarman sangat mirip dengan Ira. Ia melakukan akuisi perusahaan tambang lain. Sangat menguntungkan. Tapi dianggap salah. Ia pun jadi terdakwa. Lalu hakim membebaskannya.

Milawarman pun bebas. Tapi namanya sudah telanjur dirusak selama berbulan-bulan dan rusak seumur hidupnya. Orang seperti Milawarman hanya bisa menerima itu sebagai nasib. Hukum tidak mengatur bagaimana nasib orang yang namanya dihancurkan penegak hukum seperti itu.

Pun Ira, namanya begitu dihancurkan. Bacalah sendiri tulisan Agung Pamujo di bawah ini. Agung sekarang menjabat direktur Disway Malang.

Saya sendiri tidak tahan menulis lebih panjang lagi. Isinya hanya akan maki-maki. Saya pernah berada dalam posisi seperti Ira.(Dahlan Iskan)

***

Dia Ira…

Oleh Agung Pamujo

SEPTEMBER, 2018. Saat itu, sebagai sekretaris perusahaan di sebuah BUMN, saya mendampingi dirut untuk menghadiri acara kementerian BUMN di Hotel Inna Garuda, Yogjakarta.

Saya naik Garuda Indonesia dari Jakarta. Seperti biasa, saya memilih duduk di kursi darurat, di baris tengah. Yang jarak kursinya lebih longgar.

Setelah beberapa orang meninggalkan pesawat, saya baru berdiri untuk mengambil tas di kabin.

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Celana Koteka

Ada versi yang mengatakan mereka benar-benar serumah dengan Obahorok. “Tapi Wyn Sargent...

Catatan Dahlan Iskan

Dahlan Dahlan

Tentu kami khawatir terperangkap hujan. Sungai-sungai itu tidak akan bisa dilewati. Harus...

Catatan Dahlan Iskan

Satu Triliun

Prof Asep mungkin bukan pemikir keagamaan tingkat tinggi seperti beberapa rektor Syahida...

Catatan Dahlan Iskan

Air Jernih

Karina sudah mempelajari banyak buku dan jurnal. Dari situ dia mendapat ilmu...