Home Lifestyle Studi The Lancet Ungkap Makanan Olahan Tingkatkan Risiko Penyakit Kronis
Lifestyle

Studi The Lancet Ungkap Makanan Olahan Tingkatkan Risiko Penyakit Kronis

Bagikan
Makanan Olahan Tingkat Tinggi
Makanan Olahan Tingkat Tinggi, Image: Licht-aus / Pixabay
Bagikan

finnews.id – Makanan olahan tingkat tinggi semakin mendapat sorotan setelah publikasi riset internasional di jurnal The Lancet. Riset ini menghubungkan konsumsi makanan tersebut dengan peningkatan risiko berbagai penyakit kronis. Temuan ini muncul saat kebiasaan makan global berubah drastis dari bahan segar menuju pilihan cepat saji dan praktis.

Saat ini banyak orang lebih memilih makanan kemasan karena murah, tahan lama, dan mudah ditemukan. Namun pilihan ini berdampak pada pola makan yang lebih rendah serat, protein alami, dan nutrisi mikro penting.

Apa Itu Makanan Olahan Tingkat Tinggi?

Kategori ini mencakup produk dengan lebih dari lima bahan tambahan industri. Contohnya pewarna, pemanis buatan, emulsifier, penguat rasa, dan stabilizer. Produk yang sering muncul dalam kategori ini antara lain mie instan, minuman bersoda, roti pabrikan, sereal manis, snack kemasan, dan makanan beku siap saji.

Dengan kata lain, makanan ini hadir bukan karena proses alami, tetapi karena rekayasa formula industri.

Temuan Utama Studi

Tim peneliti meninjau 104 studi jangka panjang dari berbagai negara. Setelah analisis, konsumsi makanan olahan tingkat tinggi muncul sebagai faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko 12 penyakit. Di antaranya obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, masalah ginjal, hingga depresi.

Risiko meningkat seiring frekuensi konsumsi. Semakin sering seseorang memilih makanan ini, semakin besar kemungkinan mengalami gangguan kesehatan.

Para peneliti menilai pola makan modern berjalan ke arah yang keliru. Makanan segar tergeser oleh makanan instan yang didukung pemasaran besar-besaran dan akses yang luas.

Tanggapan dan Perdebatan

Meski temuan terlihat kuat, sebagian ilmuwan meminta kehati-hatian. Mereka menilai bahwa studi observasional belum cukup untuk membuktikan sebab-akibat langsung. Faktor lain seperti aktivitas fisik, stres, dan tingkat pendapatan juga mungkin ikut berperan.

Selain itu, tidak semua makanan olahan tingkat tinggi berdampak negatif. Beberapa produk seperti susu formula, yoghurt rendah lemak, atau roti gandum masih memberi manfaat nutrisi.

Perdebatan ini membuat definisi kategori makanan olahan tingkat tinggi terus berkembang.

Bagikan
Artikel Terkait
Lifestyle

Sinopsis Film Keadilan (The Verdict): Thriller Legal Indonesia–Korea yang Tayang Hari Ini

finnews.id – Keadilan (The Verdict) mengisahkan perjalanan gelap seorang pria bernama Raka, seorang...

Australia Larang Media Sosial
Lifestyle

Australia Larang Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Meta Mulai Tutup Akun

finnews.id – Australia larang media sosial untuk usia tertentu. Hal ini menjadi...

Lifestyle

Ucapan Selamat Hari Anak Sedunia 2025: Makna, Harapan, dan Inspirasi untuk Generasi Masa Depan

finnews.id – Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap tanggal 20 November menjadi momentum...

AMI Awards 2025
Lifestyle

Raisa Artis Solo Wanita Pop Terbaik AMI 2025, Bawakan Pesan Haru untuk Pejuang Kanker

Dominasi Raisa Terus Berlanjut: Raih Penghargaan Tertinggi di AMI Awards ke-28 Finnews.id...