finnews.id – Pembekuan sel telur atau kriopreservasi oosit semakin sering muncul sebagai solusi modern bagi wanita yang ingin menjaga kesempatan memiliki anak di masa depan. Saat seseorang mulai mempertimbangkan pilihan ini, pertanyaan pertama yang muncul hampir selalu sama: kapan waktu terbaik melakukannya?
Pada awal pembahasan, prosedur ini perlu dipahami sebagai teknologi yang membantu menjaga kualitas sel telur selagi tubuh masih berada pada masa puncak kesuburan. Karena itu, usia menjadi faktor terpenting yang menentukan keberhasilan program ini. Semakin muda seseorang memulai, semakin besar peluang keberhasilan saat program kehamilan berlangsung di masa depan.
Mengapa Usia Menentukan Peluang?
Proses alami tubuh perempuan mengikuti ritme biologis tertentu. Jumlah sel telur menurun setiap tahun, bahkan sejak lahir. Selain jumlah, kualitas sel telur juga menurun, terutama setelah memasuki usia sekitar 35 tahun. Pada usia tersebut, kromosom telur mulai rentan mengalami kelainan, sehingga peluang kehamilan menurun, sementara risiko keguguran meningkat.
Karena alasan inilah kriopreservasi oosit mulai terasa relevan bagi banyak wanita modern. Ketika pekerjaan, studi, kesehatan mental, atau kesiapan hubungan belum mendukung keputusan menjadi orang tua, pembekuan sel telur memberi ruang bernapas tanpa kehilangan peluang biologis.
Usia Ideal Melakukan Pembekuan Sel Telur
Para ahli reproduksi sepakat bahwa waktu terbaik melakukan pembekuan sel telur terjadi pada rentang usia 25 hingga 35 tahun. Pada rentang tersebut, tubuh menghasilkan sel telur dalam jumlah lebih banyak dengan kualitas terbaik. Karena itu, kriopreservasi oosi pada fase ini menawarkan hasil terbaik saat proses kehamilan berlangsung di masa depan.
Pada usia 36 hingga 38 tahun, prosedur ini masih memberikan peluang. Namun, seseorang mungkin membutuhkan lebih banyak siklus stimulasi untuk mendapatkan jumlah sel telur yang memadai. Pada rentang ini, sel telur yang dibekukan tetap berguna, hanya saja hasilnya tidak seoptimal usia di bawah 35 tahun.
Sementara itu, usia 39 hingga 42 tahun masih memungkinkan seseorang mengikuti program kriopreservasi oosi, namun peluang keberhasilannya terbilang lebih rendah. Selain kualitas sel telur yang melemah, jumlah sel telur yang layak juga biasanya menurun cukup drastis. Karena itu, keputusan pada fase ini sering bergantung pada motivasi personal dan kondisi medis individu.
Di atas usia 42 tahun, hal ini jarang direkomendasikan. Banyak klinik mulai menawarkan opsi lain seperti donor sel telur, karena peluang keberhasilannya pada usia ini sangat kecil.
- apakah pembekuan sel telur berhasil
- biaya pembekuan sel telur di Indonesia
- efek samping pembekuan sel telur
- fertilitas wanita
- IVF
- kapan harus membekukan sel telur
- kesuburan
- kualitas sel telur
- oocyte freezing | long tail: usia terbaik pembekuan sel telur
- peluang hamil setelah egg freezing
- pembekuan sel telur
- pembekuan sel telur sebelum kemoterapi
- program bayi tabung
- proses vitrifikasi oosit langkah demi langkah
- rekomendasi klinik fertilitas terbaik
- risiko pembekuan sel telur di usia 40
- sel telur wanita
- usia kehamilan
- vitrifikasi oosit