finnews.id – Pola tidur PM Jepang Sanae Takaichi menjadi sorotan setelah ia mengungkapkan bahwa dirinya tidur hanya antara dua hingga empat jam setiap malam. Publik mempertanyakan bagaimana kebiasaan ini memengaruhi kesehatan, efektivitas kepemimpinan, dan budaya kerja di Jepang. Tidur minim seperti ini jarang terlihat, bahkan di kalangan pemimpin dunia, dan memunculkan perdebatan tentang batas kemampuan manusia dalam mempertahankan produktivitas tinggi.
Gaya Kepemimpinan dan Rutinitas Tidur
PM Takaichi meniru beberapa tokoh politik terdahulu, termasuk Margaret Thatcher, yang dikenal dengan jam kerja panjang. Ia bahkan mengadakan pertemuan dengan staf pada pukul tiga pagi untuk mempersiapkan rapat komite anggaran yang akan berlangsung enam jam kemudian. Rutinitas ini menunjukkan dedikasi tinggi, namun sekaligus menyoroti tekanan ekstrem yang ia alami serta timnya.
Kebiasaan ini menimbulkan pertanyaan tentang ekspektasi terhadap stafnya. Banyak pengamat politik mengkhawatirkan apakah PM Takaichi secara tidak langsung mendorong pekerja Jepang untuk meniru pola tidur minimalnya demi produktivitas tinggi.
Tantangan Kesehatan dari Pola Tidur Minim
Para ahli kesehatan menekankan bahwa tidur antara dua hingga empat jam setiap malam berisiko tinggi. Kurang tidur dapat menurunkan fungsi kardiovaskular, melemahkan sistem imun, dan mengganggu kemampuan kognitif. Pola tidur PM Jepang seperti ini bisa berdampak serius bagi siapa saja yang meniru praktik serupa. Tubuh manusia membutuhkan waktu tidur tertentu untuk pulih dan menjaga stabilitas mental serta fisik.
Selain itu, pola tidur ekstrem memengaruhi kemampuan pengambilan keputusan. Individu yang tidak cukup tidur lebih rentan melakukan kesalahan dan mengalami penurunan konsentrasi. Dampaknya tidak hanya pada pribadi, tetapi juga pada organisasi dan tim yang dipimpin.
Budaya Kerja Jepang dan Lembur Ekstrem
Pola tidur PM Jepang Sanae Takaichi bukan fenomena tunggal. Jepang terkenal dengan jam kerja panjang dan budaya lembur yang melekat. Banyak pekerja mengalami kelelahan kronis yang dalam kasus ekstrem disebut karoshi, kematian akibat kerja berlebihan. Kurang tidur juga memengaruhi kehidupan keluarga, termasuk rendahnya angka kelahiran yang menjadi perhatian nasional.
Pemerintah Jepang tengah mempertimbangkan menaikkan batas lembur, sementara publik menuntut reformasi yang lebih memperhatikan kesejahteraan pekerja. Kebiasaan tidur PM Takaichi menjadi simbol dilema ini: dedikasi tinggi seorang pemimpin harus ditimbang dengan dampak jangka panjang pada kesehatan masyarakat dan produktivitas nasional.