finnews.id – Di tengah kemudahan teknologi yang mempermudah proses belajar, tak semua mahasiswa memiliki kesempatan dan fasilitas yang sama. Bagi sebagian orang, kuliah bukan sekadar menuntut ilmu, tetapi juga perjuangan untuk bertahan dan berjuang di tengah keterbatasan.
Kisah mengharukan datang dari seorang mahasiswi Universitas Terbuka (UT) bernama Sisilia, yang viral karena menulis tugas kuliah dengan tangan lantaran tidak memiliki laptop pribadi.
Cerita perjuangan Sisilia pertama kali dibagikan oleh akun TikTok @nusameapicks0706, yang diketahui merupakan dosennya sendiri. Dalam unggahan tersebut, sang dosen memperlihatkan file tugas berformat PDF yang dikirim oleh mahasiswinya. Namun, bukan hasil ketikan seperti biasanya, file itu ternyata berisi foto-foto lembar tugas tulisan tangan yang rapi dan jelas.
Tugas tersebut berjudul “Kewirausahaan Era Digital”, dan seluruh isi dikerjakan manual menggunakan pena di kertas bergaris. Meski sederhana, setiap huruf tampak tersusun rapi — bukti ketekunan dan kesungguhan Sisilia dalam menyelesaikan kewajiban akademiknya.
Sebelum mengirimkan tugas, Sisilia menuliskan pesan singkat namun sarat makna kepada dosennya:
“Mohon maaf ibu/bapak dosen, sebelumnya saya mengirim tugasnya ini pakai tulis tangan dikarenakan saya tidak memiliki laptop pribadi. Terima kasih,” tulis Sisilia dalam pesannya yang dikutip dari TikTok, Selasa (11/11/2025).
Kalimat sederhana itu langsung menyentuh hati banyak orang. Di balik kata-kata sopan tersebut, tersimpan ketulusan dan tekad kuat seorang mahasiswi yang tidak menyerah pada keadaan.
Sang dosen yang menerima tugas itu pun mengaku terharu. Ia membagikan momen tersebut dengan menulis pesan penuh doa untuk mahasiswinya.
“Malam minggu periksa 2 tugas mahasiswa UT. Sukses selalu untuk kamu, nak,” tulis sang dosen di akun TikTok-nya.
Unggahan itu pun viral di media sosial, menuai ratusan ribu tayangan dan ribuan komentar. Banyak warganet yang mengaku terinspirasi dan salut dengan perjuangan Sisilia yang tetap semangat menempuh pendidikan meski di tengah keterbatasan ekonomi dan fasilitas.
Bagi sebagian orang, menulis tangan mungkin dianggap kuno di era serba digital. Namun bagi Sisilia, pena dan kertas adalah jembatan menuju impian akademiknya. Kisahnya menjadi pengingat bahwa semangat belajar tidak diukur dari canggihnya perangkat, melainkan dari keteguhan hati untuk terus berusaha, seberat apa pun jalannya.