Secara emosional, Marsini menuturkan kisah masa kecil adiknya yang serba sulit. “Marsinah, dulu waktu kecil sampai sekolah SMP saja berat sekali, tanpa Ibu, tanpa Bapak,” kenangnya.
Namun, kini, nama sang adik telah melampaui kesulitan masa lalunya dan menjadi kebanggaan.
“Marsinah saya tidak menyangka jadi orang besar membanggakan seluruh Indonesia, khususnya Nganjuk. Sekarang Nganjuk punya pahlawan nasional,” tutup Marsini, yang menutup pernyataannya dengan ungkapan syukur karena dapat hadir di Istana Presiden berkat perjuangan adiknya.
Penganugerahan ini menegaskan bahwa kepahlawanan tidak hanya datang dari medan perang, tetapi juga dari keberanian rakyat biasa yang berjuang demi keadilan sosial dan hak-hak asasi manusia.