Underground economy itu nilainya besar sekali. Lebih seribu triliun rupiah. Setiap tahun.
Yang dikategorikan underground economy adalah: korupsi, ekspor-impor ilegal, under invoicing, narkoba, dan judi online.
Dari sini saya baru tahu: hentakan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa belakangan ini ternyata punya latar belakang yang sangat strategis. Rupanya Purbaya diperintah presiden: agar sumber dana dari underground economy dicari sungguh-sungguh –sebagai salah satu sumber pertumbuhan delapan persen.
Kalau tidak pertumbuhan delapan persen tidak ketemu logikanya.
“Ekonom belum memikirkan itu, Pak Prabowo sudah lama menyiapkannya”, ujar Burhanuddin.
Suatu saat Burhanuddin tergagap menghadapi pertanyaan dadakan dari Prabowo: “Apakah sudah pernah membaca buku karya Friedrich August von Hayek?”
Burhanuddin berterus terang mengatakan: “belum pernah”.
“Bacalah. Tapi bahasa Inggris buku itu sulit dimengerti,” ujar Prabowo seperti ditirukan Burhanuddin.
Tentu Anda sudah tahu: Von Hayek adalah ekonom yang berseberangan dengan John Maynard Keynes. Akhirnya banyak pemerintah yang menggabungkan dua teori itu: pemerintah intervensi ke dalam ekonomi tapi terbatas. Disiplin fiskal dan pasar bebas harus tetap berjalan.
Banyak buku hebat ditulis Von Hayek yang asal Austria itu. Salah satunya: The Road to Serfdom (1944). Bacalah sendiri untuk tahu isinya.
Burhanuddin kini komisaris utama PLN. Ia masih aktif di kelompok diskusi sesama pendukung Prabowo. Ia belum pernah melihat ada presiden yang menyiapkan diri begitu baik sejak lama untuk jadi presiden.
Berarti perang underground ini akan serius. Ekonom akan mencatatnya kelak: memerangi ekonomi underground sebagai jalan baru pertumbuhan.
Burhanuddin minta saya mengakhiri memanggilnya profesor. Tapi ia tidak keberatan saya memanggilnya Asgar –asli Garut. (DAHLAN ISKAN)