Dampak Pandangan Donald Trump Terhadap Negosiasi
Pandangan Donald Trump yang menolak perubahan iklim menimbulkan konsekuensi nyata bagi negosiasi internasional. Karena beberapa negara gagal menyerahkan rencana pengurangan emisi karbon, upaya mencegah kenaikan suhu global menjadi terhambat.
Badai ekstrem seperti Hurricane Melissa di Karibia, yang menewaskan lebih dari 75 orang, menegaskan urgensi tindakan global. Analisis dari Imperial College menunjukkan bahwa perubahan iklim meningkatkan curah hujan ekstrem akibat badai kategori 5 hingga 16 persen.
Meski kritik terhadap Presiden AS itu keras, beberapa pemimpin tetap berupaya menjaga momentum. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menegaskan bahwa negaranya berkomitmen penuh mendukung aksi iklim.
Selain itu, Pangeran William menekankan pentingnya optimisme yang mendesak. Ia mengajak para pemimpin bertindak demi generasi mendatang dan mengubah arah sejarah dengan langkah nyata.
Kesimpulan: Kepemimpinan Global dan Tanggung Jawab Bersama
Kritik terhadap Donald Trump di COP30 menunjukkan bahwa kepemimpinan negara besar menentukan arah negosiasi iklim global. Donald Trump, Presiden AS itu, atau pria 79 tahun itu, menjadi simbol perdebatan antara tindakan kolektif dan skeptisisme terhadap ilmu pengetahuan.
Kondisi ini menekankan perlunya kolaborasi internasional karena perubahan iklim tidak mengenal batas negara. Oleh karena itu, para pemimpin yang hadir di Belém harus mencari jalan mencapai kesepakatan nyata.
Mereka harus memastikan perlindungan hutan tropis dan meminimalkan dampak bencana iklim di masa depan. Dengan tindakan nyata, generasi mendatang akan berterima kasih atas langkah yang diambil sekarang.
Referensi:
-
BBC News, “COP30: World Leaders Discuss Climate Amid Trump Criticism”, 2025
-
AFP via Getty Images, “COP30 in Belém Highlights Urgency of Forest Protection”, 2025
-
Imperial College London, “Climate Change Impact on Extreme Weather Events”, 2025