Ikon lainnya adalah Argo Pantes –usaha di bidang tekstil. Terintegrasi. Mulai membuat benang, mewarnai, membuat kain sampai mencetaknya. Ekspornya hampir ke seluruh dunia.
Masih ada satu ikon lagi yang Anda pun telah terbawa salah kaprah: paralon. Paralon itu sebenarnya merek pipa yang diproduksi perusahaan Pak The. Itulah pabrik pipa bukan besi pertama di Indonesia. Mereknya Paralon. Menguasai pasar. Merek Paralon topnya top.
Kini semua pipa jenis itu, apa pun mereknya, Anda menyebutnya pipa paralon.
Masih banyak usaha lain Pak The. Hampir di seluruh keperluan hidup manusia. Pak The pernah disebut sebagai salah satu dari 25 orang terkaya Indonesia.
Saya dengar Pak The menanamkan modal sampai Rp2 triliun di GWK. Pakai uang Alam Sutera. Itu sangat besar. Tidak main-main. Sampai pun para pemegang saham publik mempertanyakannya. Alam Sutera memang sudah IPO sejak lama.
Pembangunan kembali GWK itu akhirnya juga membawa berkah bagi seniman besar Bali: I.Nyoman Nuarta. Ia pematung kelas dunia. Mangkraknya GWK sangat menyiksa batinnya. Nyomanlah yang mengerjakan patung Garuda Wisnu Kencana itu. Patung raksasa.
Anda sudah tahu: patung itu tingginya 121 meter –termasuk pondasinya yang 46 meter. Itu jauh lebih tinggi dari patung Liberty di New York yang 93 meter –sudah termasuk pondasinya.
Sebenarnya proyek GWK sempat macet di tengah jalan. Ada permintaan Nyoman yang sulit dipenuhi Pak The. Tapi Bali segera jadi tuan rumah sidang IMF sedunia. Menko Luhut Panjaitan pun memanggil Nyoman dan pihak Pak The. Beres.
Dengan masuknya Pak The, Nyoman seperti hidup lagi –dalam pengertian yang sebenarnya. Selama proyek itu macet Nyoman terkena penyakit yang membahayakan: hepatitis C. Hebatnya Nyoman punya semangat sembuh yang luar biasa. Ia pelajari semua aspek hepatitis C. Akhirnya ia menemukan obatnya.
Obat itu obat baru. Belum resmi diakui oleh FDA-nya Amerika. Tapi sudah bisa dicoba. Harganya mahal sekali: Rp1 miliar –mungkin sekarang setara dengan Rp2 miliar. Nyoman berhasil membelinya. Ia sembuh total. Sehat sekali.