SPONTAN. Saya mau mencium kakinya. Di depan umum. Di depan para pengusaha besar Tionghoa di Jakarta.
Begitu besar rasa terima kasih saya pada orang tua itu: The Nin King. Yang jenazahnya dimakamkan hari ini. Di pemakaman keluarga. Di Cipanas.
Cium kaki itu karena Pak The Nin King memenuhi permintaan saya: menyelamatkan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Proyek itu sudah telantar sekitar 20 tahun. Berbagai upaya meneruskannya gagal. Separo badan patungnya sudah terpasang –bagian bawah. Sedang bagian atas dan kepalanya masih berserakan di tanah.
Melihat gerakan saya akan mencium kakinya Pak The menghindar. Yang penting ia tahu bahwa saya tulus berterima kasih padanya.
Rabu kemarin saya mesong ke tempat persemayaman jenazah Pak The. Di Grand Heaven Jakarta. Lantai dasar rumah kematian itu dibuka semua. Hanya untuk pelayat satu jenazah Pak The –biasanya dibagi untuk enam jenazah.
Itu pun masih belum cukup. Orang yang mesong terlalu banyak. Sebagai pengurus PSMTI saya harus mesong dengan baju putih. Kebetulan seragam baru Wali Amanah Universitas Terbuka warna putih. Saya buka plastiknya. Saya pakai lengkap dengan bekas lipatannya.
Saya memberi hormat tiga kali di depan peti jenazah. Lalu hormat sekali ke serong kanan. Dan sekali ke serong kiri. Di kanan kiri peti itu berjajar keluarga Pak The. Anak-anaknya, menantu-menantunya dan cicitnya. Sedang istri Pak The, 84 tahun, duduk di kursi. Dia lebih muda 10 tahun dari suami.
Tidak semua dari enam anak dan enam menantu berjajar di situ. Harus bergantian. Yang memberi penghormatan tidak henti-hentinya. Harus diatur jadwal istirahat keluarga.
Pak The termasuk sedikit orang Tionghoa yang tidak mau ganti nama. Ia seperti ekonom Kwik Kian Gie, wartawan Goh Thjing Hok, atau pengacara Yap Thiam Hien. Saya lupa bertanya mengapa tidak mau ganti nama. Anak menantunya juga tidak berani bertanya. “Dugaan kami, itu karena papa sangat menghormati orang tua. Nama itu pemberian orang tua,” ujar Haryanto, salah seorang menantunya.
Haryanto mendapat tugas menjadi pimpinan proyek GWK. Ia juga ikut memimpin Alam Sutera –real estate besar yang jadi salah satu ikon di grup usaha Pak The.