Finnews.id – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang pesat telah memicu pertanyaan besar bagi dunia kerja: apakah manusia akan digantikan oleh mesin? Jawabannya tidak sesederhana “ya” atau “tidak”. Banyak laporan menunjukkan bahwa AI mengubah cara kerja manusia, oebukan selalu menggantikannya sepenuhnya.
Menurut laporan dari International Monetary Fund (IMF), AI diperkirakan akan memengaruhi hampir 40 % pekerjaan di seluruh dunia melalui substitusi tugas atau kolaborasi manusia-mesin.
Penelitian lain menegaskan bahwa sebagian besar paparan pekerja terhadap AI terjadi pada tugas-tugas rutin yang mudah diotomasi, sementara tugas yang membutuhkan kreativitas, empati, serta interaksi manusia langsung relatif lebih aman.
Contoh nyata di sejumlah bidang
Customer Service: Banyak perusahaan kini menggunakan chatbot dan sistem otomatis untuk menjawab pertanyaan dasar pelanggan. Menurut analisis di TechTarget, chatbot dan analisis sentimen bisa menggantikan sebagian besar tugas customer support yang sebelumnya manual.
Desain & Kreatif: Di bidang desain grafis dan konten visual, AI generatif memungkinkan penciptaan gambar, video atau ilustrasi secara otomatis. Meskipun demikian, elemen strategis dan kreatif yang menyentuh emosi manusia masih membutuhkan sentuhan manusia.
Jurnalisme: Media sudah mulai mengintegrasikan AI untuk menghasilkan draf berita atau laporan keuangan secara otomatis. Namun demikian, isu etika, validasi fakta dan pemahaman kontekstual tetap menjadi tantangan yang belum bisa sepenuhnya diatasi mesin.
Peluang dan tantangan keseimbangan
AI membuka peluang besar, meningkatkan produktivitas, mengurangi beban tugas rutin, dan membuka profesi baru yang mengandalkan pengelolaan serta kolaborasi dengan AI.
Sebuah penelitian mencatat bahwa AI dan robotika dapat berfungsi sebagai alat untuk mendukung pekerja agar lebih efisien, bukan hanya menggantikan manusia.
Namun tantangannya tak kecil:
Pekerja dengan tugas yang sangat rutin dan terstruktur paling rentan digantikan.