Home Lifestyle Mengenal Apa Itu Toxic Positivity: Sudah Burnout tapi Pura-pura Semangat
Lifestyle

Mengenal Apa Itu Toxic Positivity: Sudah Burnout tapi Pura-pura Semangat

Bagikan
Toxic Positivity
Toxic Positivity, Image: DALL·E 3
Bagikan

Dampak Buruk Toxic Positivity pada Mental

Toxic positivity membuat emosi negatif terkubur. Ketika emosi terkubur, tubuh mengalami stres lebih besar.

Walaupun terlihat baik-baik saja, pikiran terus menanggung tekanan. Pada akhirnya, muncul burnout lebih cepat daripada yang kamu kira.

Selain itu, hubungan antar manusia menjadi dangkal. Ketika semua harus terasa positif, seseorang kehilangan kemampuan untuk berempati secara tulus.

Akibatnya, komunikasi menjadi tidak autentik. Seseorang merasa sendirian meskipun berada dalam kelompok yang ramai.

Jika situasi terus berlangsung, kesehatan mental memburuk. Kualitas tidur menurun, motivasi turun dan performa terpengaruh.

Walaupun seseorang berusaha terus tersenyum, tubuh memberikan alarm melalui kelelahan ekstrem, sakit kepala atau sulit fokus.

Cara Menghadapi Toxic Positivity

Akui perasaan dulu, baru kelola

Alih-alih berpura-pura bahagia, akui saja apa yang kamu rasakan.

Setelah itu, kelola dengan cara yang sehat seperti journaling atau berbicara dengan orang tepercaya.

Dengan mengakui emosi, pikiran menjadi lebih ringan.

Buat batasan jelas pada orang lain

Jika seseorang memberikan motivasi dangkal yang tidak kamu butuhkan, katakan dengan sopan bahwa kamu hanya ingin didengar.

Banyak orang tidak bermaksud buruk, mereka hanya tidak tahu cara merespons.

Validasi emosi diri sendiri

Kalimat seperti:
“Aku capek, dan itu wajar.”
“Aku sedang tertekan, tapi aku sanggup menghadapinya secara bertahap.”

Dengan begitu, kamu tidak membohongi diri sendiri. Emosi terasa lebih teratur karena kamu mengizinkan diri merasakan apa pun yang muncul.

Kesimpulan: Kamu Tidak Harus Selalu Kuat

Toxic positivity sering muncul tanpa disadari. Banyak orang ingin terlihat kuat, tetapi terus memaksakan energi positif justru memperburuk kondisi mental.

Setelah muncul empat kali dalam artikel ini, istilah tersebut kemudian cukup diganti sebagai fenomena pemaksaan kebahagiaan.

Emosi negatif bukan musuh, justru bagian dari proses pemulihan. Semakin kamu jujur terhadap kondisi, semakin sehat jiwa kamu.

Kamu tidak harus tersenyum setiap hari. Tidak apa-apa merasa lelah. Tidak apa-apa menangis. Itu bukan kelemahan, itu manusiawi.

Referensi (tanpa hyperlink):

Bagikan
Artikel Terkait
Tahun Kuda Api 2026, Bawa Musibah atau Justru Keberuntungan
Lifestyle

Tahun Kuda Api 2026: Bawa Musibah atau Justru Keberuntungan?  

Individu yang lahir di Tahun Kuda Api kerap digambarkan sebagai pemikir berani,...

Lifestyle

Tangani Daur Ulang Sampah Plastik, Pemprov DKI Kerjasama dengan Swasta untuk Berinovasi

Ke depan, layanan ini ditargetkan bisa menjangkau seluruh wilayah Jakarta dengan nilai...

Lifestyle

Gubernur DKI Jakarta Larang Pesta Kembang api saat Malam Tahun Baru 2026

finnews.id – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo memastikan tidak akan ada...

Jadwal cuti bersama Desember 2025
Lifestyle

Cuti Bersama Desember 2025 Dimulai, Berikut Jadwal Lengkap Libur Natal dan Akhir Tahun

Menyelesaikan pekerjaan mendesak sebelum 25 Desember 2025 Menyesuaikan jadwal rapat dan pelayanan...