Dampak Buruk Toxic Positivity pada Mental
Toxic positivity membuat emosi negatif terkubur. Ketika emosi terkubur, tubuh mengalami stres lebih besar.
Walaupun terlihat baik-baik saja, pikiran terus menanggung tekanan. Pada akhirnya, muncul burnout lebih cepat daripada yang kamu kira.
Selain itu, hubungan antar manusia menjadi dangkal. Ketika semua harus terasa positif, seseorang kehilangan kemampuan untuk berempati secara tulus.
Akibatnya, komunikasi menjadi tidak autentik. Seseorang merasa sendirian meskipun berada dalam kelompok yang ramai.
Jika situasi terus berlangsung, kesehatan mental memburuk. Kualitas tidur menurun, motivasi turun dan performa terpengaruh.
Walaupun seseorang berusaha terus tersenyum, tubuh memberikan alarm melalui kelelahan ekstrem, sakit kepala atau sulit fokus.
Cara Menghadapi Toxic Positivity
Akui perasaan dulu, baru kelola
Alih-alih berpura-pura bahagia, akui saja apa yang kamu rasakan.
Setelah itu, kelola dengan cara yang sehat seperti journaling atau berbicara dengan orang tepercaya.
Dengan mengakui emosi, pikiran menjadi lebih ringan.
Buat batasan jelas pada orang lain
Jika seseorang memberikan motivasi dangkal yang tidak kamu butuhkan, katakan dengan sopan bahwa kamu hanya ingin didengar.
Banyak orang tidak bermaksud buruk, mereka hanya tidak tahu cara merespons.
Validasi emosi diri sendiri
Kalimat seperti:
“Aku capek, dan itu wajar.”
“Aku sedang tertekan, tapi aku sanggup menghadapinya secara bertahap.”
Dengan begitu, kamu tidak membohongi diri sendiri. Emosi terasa lebih teratur karena kamu mengizinkan diri merasakan apa pun yang muncul.
Kesimpulan: Kamu Tidak Harus Selalu Kuat
Toxic positivity sering muncul tanpa disadari. Banyak orang ingin terlihat kuat, tetapi terus memaksakan energi positif justru memperburuk kondisi mental.
Setelah muncul empat kali dalam artikel ini, istilah tersebut kemudian cukup diganti sebagai fenomena pemaksaan kebahagiaan.
Emosi negatif bukan musuh, justru bagian dari proses pemulihan. Semakin kamu jujur terhadap kondisi, semakin sehat jiwa kamu.
Kamu tidak harus tersenyum setiap hari. Tidak apa-apa merasa lelah. Tidak apa-apa menangis. Itu bukan kelemahan, itu manusiawi.
Referensi (tanpa hyperlink):