Kendati penyebab pasti keracunan masih diselidiki, Satria telah memutus kerja sama dengan UMKM dalam pengolahan makanan MBG.
“Ke depan, kami sudah tidak akan pakai UMKM lagi. Lebih baik semuanya kami buat sendiri di dapur supaya tahu bahan-bahannya aman dan prosesnya bersih,” jelasnya.
Hasil Pemeriksaan Tidak Menunjukkan Adanya Indikasi Keracunan
Satria menungkapkan, tujuh siswa yang sempat dibawa ke RSUD Kembangan telah menjalani pemeriksaan, dan hasilnya tidak menunjukkan adanya indikasi keracunan.
“Sampai sana (RSUD) ditensi, di cek darah, akhirnya hasilnya keluar. Enggak ada indikasi dari dokter kalau itu keracunan,” tambahnya menegaskan.
Tak berhenti di situ, Satria menduga, keluhan massal tersebut bisa jadi dipicu oleh faktor sugesti, setelah seorang siswa berteriak mencium aroma tak wajar di kelas.
“Dia ini teriak di dalam satu kelasnya ini, akhirnya kan membuat suasana heboh. Namanya faktor anak ya, mungkin juga dari sugestinya,” imbuhnya.
Pasca kejadian itu, operasional dapur SPPG Meruya Selatan dihentikan sementara atas perintah Badan Gizi Nasional (BGN) hingga hasil uji Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) keluar.
“SPPG di Meruya Selatan diberikan suat oleh BGN pusat itu ditutup sementara sampai hasil dari Lab kesda ini keluar karena kita juga tidak bisa operasional kembali karena kan tetap kita juga punya peraturan dari BGN tentang keamanan pangan SOP APD dan hal-hal yang dari SOP dari BGN tersebut,” tukasnya.
Candra Pratama (Disway)