Pada akhirnya kondisi ini menyebabkan hormone dopamine dalam otak semakin tidak terkendali dan menimbulkan ketergantungan akut pada seseorang.
Meningkatnya hormone dopamine pada otak seorang perokok, akan menyebabkan sebagian besar perokok mengaku mendapatkan perasaan lebih tenang dan bahagia ketika merokok.
Hanya saja, perasaan tenang dan bahagia ini sebenarnya hanya bersifat sementara atau sesaat ketika merokok saja. Setelah tidak merokok dalam beberapa jam, yang terjadi berikutnya justru perasaan tidak tenang dan stress akibat keinginannya merokok tidak terpenuhi.
Kondisi ini justru menyebabkan seseorang tidak mampu mengendalikan dan menenangkan pikirannya sendiri jika sedang tidak merokok. Akibatnya, seorang perokok akan terus-menerus mengkonsumsi rokok dan sulit untuk berhenti.
Pada beberapa kejadian, seorang perokok akan menjadi lebih mudah marah dan bertindak agresif ketika keinginannya untuk merokok tidak terpenuhi. Kondisi ini justru akan memicu rusaknya kehidupan keluarga dan sosial perokok akibat perilaku yang agresif dari si perokok.
Meski banyak perokok mengaku lebih tenang saat merokok akibat peningkatan hormone dopamine pada otak, yang terjadi sebenarnya adalah rasa stress dan cemas akibat tidak merokok justru jauh lebih besar dibanding perasaan tenang sesaat yang perokok rasakan.