Lalu saya berikan jalan terakhir dan terjelek –kalau semua usaha memperpanjangnya gagal.
“Anda terbang ke Hong Kong. Begitu mendarat, Anda masuk lagi ke terminal keberangkatan untuk kembali ke Beijing,” kata saya.
Beijing-Hong Kong tiga jam. Pagi-pagi bisa berangkat, sorenya bisa tiba kembali di Beijing. Banyak sekali penerbangan Beijing-Hong Kong.
Waktu membuat visa di Surabaya dulu, visa Nisa bisa dipakai dua kali ke Tiongkok. Setiap kali ke Tiongkok boleh tinggal di sana 30 hari. Maka begitu 30 hari Nisa harus meninggalkan Tiongkok. Lalu bisa balik lagi 30 hari lagi. Yang penting sudah meninggalkan Tiongkok dulu.
Sebenarnya ada cara yang lebih singkat. Ke Korea dulu. Hanya satu jam penerbangan. Tapi Nisa tidak punya visa Korea. Sedang untuk ke Hong Kong tidak perlu visa
Saya percaya Nisa bisa melakukan semua itu seorang diri. Kelak akan saya ceritakan mengapa saya punya keyakinan itu kepada Nisa. Bahkan sebenarnya Nisa bisa merawat sang suami sendirian. Tidak perlu ada orang lain.
Masalahnya: pada saatnya nanti Nisa tidak mungkin merawat suaminyi. Dia sendiri harus dirawat. Dalam waktu bersamaan. Bahkan Nisa harus lebih dulu masuk ruang operasi. Bagian bawah dadanya harus disayat. Untuk diambil separo hatinya.
Di ruang operasi yang sama, sang suami juga disayat di bagian bawah dadanya. Hatinya yang sudah rusak harus dikeluarkan. Akan diisi separo hati dari sang istri.
Berarti harus ada orang lain. Itulah sebabnya Lilik dan suami hanya akan dua-tiga hari saja di Mojokerto. Lalu balik lagi ke Beijing: Lilik akan merawat Nisa. Suaminyi akan merawat Olik.
Saya sendiri akan balik Beijing bila saat transplant-nya hampir tiba.(Dahlan Iskan)