Pendapat ini diperkuat oleh peneliti dari Universitas Stockholm, John Fitzpatrick, kepada CNN International. Saat proses reproduksi, sistem imun perempuan akan menyerang sperma karena menganggapnya sesuatu yang asing.
Selama proses penyeleksian tersebut jumlah sperma yang awalnya 100 juta, menurun secara bertahap. Sperma berkualitas jelek dan berpotensi menghasilkan cacat otomatis tersingkirkan.
Pada akhirnya, dari awalnya ratusan juta sperma tersisa ratusan sperma saja yang akan mengelilingi sel telur pada saat pembuahan. Dari sini sel telur perempuan akan memilih sperma mana yang akan menjadi pemenang beruntung yang dapat memantik proses pembuahan.
Dari uraian tersebut, dapat dipastikan organ reproduksi perempuan tidak diam saja atau pasif. Faktanya organ perempuan berperan aktif dalam proses penyeleksian sperma. Jadi, pandangan maskulinitas yang mengunggulkan peran pria dapat dipatahkan.
Meski begitu, pematahan pandangan juga tak mudah sebab sudah terlanjur mengakar.