BMKG mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air, terutama di daerah-daerah rawan yang infrastruktur drainasenya kurang optimal.
Pemerintah daerah dan pusat juga diminta untuk melakukan koordinasi yang lebih intensif guna mengantisipasi dampak buruk dari musim hujan kali ini.
Selain itu, masyarakat, khususnya para petani, didorong untuk memanfaatkan informasi prakiraan cuaca jangka pendek hingga enam bulan ke depan untuk menyesuaikan pola tanam dan jadwal panen.
Teknologi Informasi Jadi Andalan Mitigasi
Untuk memudahkan akses informasi, BMKG telah memperkuat layanan peringatan dini melalui aplikasi mobile, media sosial, dan situs resmi mereka.
Notifikasi cuaca ekstrem, prakiraan hujan, hingga potensi bencana kini bisa dipantau langsung oleh masyarakat secara real-time.
BMKG juga menegaskan bahwa mereka akan melakukan pembaruan prediksi cuaca secara berkala setiap bulan, sehingga masyarakat dan instansi terkait bisa mengambil langkah mitigasi lebih cepat dan tepat sasaran.
Ini penting sebagai bagian dari adaptasi terhadap perubahan iklim yang kian terasa dampaknya dari tahun ke tahun.
Kemunculan La Nina lemah pada akhir 2025 menjadi alarm penting bagi Indonesia untuk bersiap menghadapi musim hujan yang lebih basah dan panjang.
Curah hujan yang meningkat tidak hanya berdampak pada aktivitas harian, tapi juga berpotensi memicu bencana alam di berbagai daerah.
Dengan informasi yang akurat dari BMKG, masyarakat diharapkan tidak hanya waspada, tetapi juga siap mengambil langkah preventif.
Mulai dari menjaga lingkungan, membersihkan saluran air, hingga menyesuaikan jadwal kegiatan pertanian adalah hal-hal sederhana yang bisa membuat perbedaan besar saat cuaca berubah ekstrem.