“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
Penting untuk diingat bahwa dalam Islam, kita dianjurkan untuk tidak terlalu bergantung pada tafsir mimpi atau ramalan. Sebaliknya, kita diajarkan untuk selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya mimpi yang baik berasal dari Allah, dan mimpi yang buruk berasal dari syaitan. Maka apabila salah seorang di antara kalian bermimpi yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi tersebut, maka mimpi itu tidak akan membahayakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan memahami berbagai perspektif tentang mimpi, termasuk primbon Jawa, seorang Muslim dapat memperkaya wawasan budayanya. Namun, yang terpenting adalah tetap menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman utama dalam menyikapi dan memaknai setiap pengalaman hidup, termasuk mimpi.