Home Megapolitan Menelusuri Sejarah Uang Rupiah: Mulai dari ORI, RIS, hingga Lahirnya Bank Indonesia
Megapolitan

Menelusuri Sejarah Uang Rupiah: Mulai dari ORI, RIS, hingga Lahirnya Bank Indonesia

Bagikan
Menerlusuri Sejarah Uang Rupiah: Mulai dari ORI, RIS, hingga Lahirnya Bank Indonesia
Sejarah uang rupiah Indonesia dimulai dari masa barter, penjajahan, hingga berdirinya Bank Indonesia.-DJKN.
Bagikan

finnews.id – Tahukah kamu bahwa sejarah uang rupiah sebagai alat pembayaran resmi Indonesia baru dimulai secara sah pada 2 November 1949?

Sebelum itu, sistem ekonomi masyarakat Nusantara sudah mengalami perjalanan Panjang, mulai dari sistem barter, penggunaan koin logam di zaman kerajaan, hingga berbagai macam mata uang asing yang sempat beredar saat masa penjajahan.

Menelusuri sejarah uang rupiah bukan hanya soal mengenal bentuk uang lama, tetapi juga memahami perjuangan Indonesia membangun kedaulatan ekonomi.

Setiap lembar rupiah yang kita gunakan hari ini adalah hasil dari perjuangan panjang bangsa untuk memiliki mata uang sendiri, yang benar-benar mencerminkan identitas dan kemandirian.

Sebelum mata uang rupiah resmi ditetapkan, Indonesia sempat dikuasai oleh berbagai kekuatan asing, masing-masing membawa sistem keuangan dan mata uangnya sendiri.

Di masa kerajaan, uang logam dan emas digunakan sebagai alat tukar. Lalu, pada zaman kolonial Belanda, lahirlah De Javasche Bank pada tahun 1828 yang menerbitkan Gulden sebagai mata uang resmi Hindia Belanda.

Masa Penjajahan: Belanda, Jepang, dan Uang NICA

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, mereka menggantikan Gulden dan Sen dengan uang terbitan Bank Nanpo Kaihatsu Ginko.

Perubahan paling kentara adalah tulisan di mata uang, dari “De Javasche Bank” menjadi “De Japansche Regeering”.

Jepang bahkan sempat berencana menerbitkan uang dengan bahasa Indonesia menjelang akhir kekuasaannya, rupiah versi Hindia Belanda.

Namun, setelah Jepang menyerah pada 1945 dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, kekacauan sistem keuangan tak terhindarkan.

Banyak jenis uang beredar sekaligus, mulai dari uang Jepang, uang Belanda, hingga uang yang dibawa NICA (Belanda) saat mereka kembali masuk ke wilayah Indonesia.

Uang NICA sempat dicoba diberlakukan sebagai satu-satunya alat pembayaran, namun ditolak mentah-mentah oleh para pejuang dan rakyat.

Penolakan makin kuat saat diketahui uang tersebut menampilkan simbol-simbol Belanda seperti Ratu Wilhelmina. Bung Karno pun menyatakan

Bagikan
Artikel Terkait
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung
Megapolitan

APBD DKI Jakarta Turun Rp10 Triliun Imbasnya ke Subsidi Pangan Murah, Ini Penjelasan Gubernur

finnews.id – Setelah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta resmi mengesahkan...

Megapolitan

Duh, JakLingko Lindas Motor di Cilangkap, Pengendara Tewas!

finnews.id – Seorang pengendara sepeda motor tewas akibat terlindas JakLingko di Jalan...

APBD DKI Jakarta disahkan
Megapolitan

APBD DKI Jakarta 2026 Disahkan Rp81,3 Triliun, Turun Rp10 Triliun dari Tahun Sebelumnya

finnews.id – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta bersama Pemerintah Provinsi...

Tiga karyawan Transjakarta diduga jadi korban pelecehan atasan sejak berbulan lalu.
Megapolitan

Miris Banget! Tiga Karyawan Transjakarta Diduga Dilecehkan Atasan Sejak Mei 2025

finnews.id – Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan...