Penamaan Bandara El Tari ini sebagai bentuk penghormatan terhadap kontribusinya yang besar bagi kemajuan NTT.
Setelah melalui berbagai tahap pengembangan, kini bandara tersebut telah resmi menyandang status sebagai Bandara Internasional.
Perubahan status ini menjadi tonggak sejarah baru, yang memperkuat posisi NTT dalam peta konektivitas global.
Pengelolaan bandara dilakukan oleh PT Angkasa Pura I, yang secara bertahap telah melakukan peningkatan kapasitas dan fasilitas.
Luas terminal yang dulunya hanya sekitar 7.642 meter persegi, kini menjadi 16.064 meter persegi. Kapasitas tahunan juga meningkat signifikan, dari hanya 1,3 juta penumpang menjadi 2,2 juta penumpang per tahun.
Dengan status barunya sebagai bandara internasional, wilayah NTT semakin terbuka terhadap arus wisatawan, investor, serta pelaku usaha dari berbagai penjuru dunia.
Lokasi-lokasi eksotis seperti Labuan Bajo, Sumba, dan Alor kini lebih mudah diakses, memberikan dorongan besar bagi sektor pariwisata lokal.
Selain itu, konektivitas yang lebih baik juga berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi masyarakat.
UMKM, sektor logistik, serta industri kreatif lokal mulai tumbuh seiring meningkatnya aktivitas penerbangan dan mobilitas penduduk.
Bandara ini bukan hanya sebuah tempat pesawat datang dan pergi. Ia adalah saksi sejarah. Dari lapangan kecil di tengah ladang jagung, hingga menjadi pusat aktivitas udara yang melayani penerbangan internasional.
Dari nama lokal yang sederhana, hingga nama tokoh besar yang dikenang karena jasanya.
Kini, Bandara El Tari berdiri megah di jantung Kota Kupang, tak hanya menjadi kebanggaan masyarakat NTT, tetapi juga simbol bahwa wilayah timur Indonesia memiliki potensi besar untuk terus tumbuh, terhubung, dan bersinar di panggung nasional maupun internasional.