Arya Wibawa mengatakan, dalam Perang Puputan Badung itu terdapat sebuah bisama Mati Tan Tumut Pejah yang bermakna bahwa mati di medan perang, namun perjuangan tidak pernah mati. Inilah yang menjadi sejarah Pemerintah Kota Denpasar dengan motto Pura Dhipa Bara Bhavana yang menekankan kewajiban pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat. Hal ini diaplikasikan pemerintah dalam program priroritas pengentasan kemiskinan dan mewujudkan kemakmurahan masyarakat.
Pada peringatan ke-199 Puputan Badung Tahun 2025 inj, Kota Denpasar sedang menghadapi tantangan pasca bencana banjir yang menerjang. Tentunya, sepirit Puputan Badung dengan bisama Mati Tan Tumut Pejah ini menjadi momentum terus bergerak untuk bangkit dan pulih pasca bencana.
“Peringatan ke-119 Puputan Badung, khususnya bisama Mati Tan Tumut Pejah menjadi inspirasi dan edukasi bagi kita semua, bagaimana para panglingsir puri dan pendahulu kita dalam meraih kemerdekaan. Dan kini kita sedang berjuang bersama dalam semangat optimisme pantang menyerah untuk bangkit dan pulih pasca bencana banjir yang melanda Denpasar,” ujar Arya Wibawa.
Perwakilan Panglingsir Puri se-Kota Denpasar, AA Ngurah Ketut Parwa mengajak seluruh masyarakat agar jangan sekali melupakan sejarah (Jas Merah). Hal ini lantaran para raja-raja, pahlawan dan pejuang terdahulu mempertahankan wilayah hingga titik darah penghabisan yang kini dikenal dengan istilah puputan.
“Hendaknya sepirit perjuangan para pendahulu kita dalam peristiwa Puputan Badung ini menjadi inspirasi, semangat serta tauladan dalam mengisi kemerdekaan saat ini,” ujarnya.