Sang ayah meninggal saat nabi Muhammad masih kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU). Muazin masjid Usmani minta si anak menggantikan bapaknya sebagai imam. Si anak menolak. Alasannya: ia belum kawin. ”Bagaimana orang belum kawin diminta jadi imam”.
Akhirnya kompromi. Sang muazin yang jadi imam tapi Muhammad berdiri tepat di belakangnya. “Kalau ada bacaan imam yang salah saya yang membetulkan,” katanya –mengingat kejadian lama.
Suatu saat turun hujan yang deras di masjid Usmani. Tak kunjung reda. Salat Jumat sudah selesai. Jemaah tidak bisa segera meninggalkan masjid.
Saat itulah Muhammad Jabir minta tongkat khotib diberikan kepadanya. Ia berdiri dengan tongkat itu. Ia hentakkan tongkat itu ke lantai. Tiga kali. Suara hentakan itu keras. Mengalahkan suara hujan. Perhatian Jamaah terpusat ke suara itu. Juga ke orang yang menggedokkannya. Hening sejenak. Jabir lantas menyampaikan satu ayat dalam Quran: “Telah datang padamu rasul ….”. Dan Anda sudah tahu terusannya.
Sampai pidato selesai tidak ada jamaah yang bersuara. Diam. Hujan pun reda. Jemaah meninggalkan masjid. Tidak ada kejadian apa-apa.
“Mengapa tidak ada anggota jamaah yang merespons negatif?”
“Jamaah melihat Jabir adalah putra imam besar yang sangat dihormati. Umat melihat siapa ayahnya,” ujar Harmain, kakak Jabir.
Harmain adalah salah satu yang sangat awal percaya tentang kenabian adiknya itu. Sampai sekarang. Pun sembilan bersaudaranya.
Sang ayah sangat karismatis. Ia seorang mursyid (pemimpin spiritual) tarekat Syatariyah. Banyak sekali pengikutnya.
Reaksi negatif baru datang beberapa hari setelah deklarasi di hari Jumat yang hujan itu. Bisik-bisik mulai menyebar. Meluas. Jadi kasak-kusuk. Memanas. Sekumpulan orang pun menyerbu rumah Jabir. Setiap tingkatan MUI memanggil mereka. Hampir saja rumah Jabir dibakar.
Dari masjid warna serba kuning mencolok ini kami kembali ke jalan raya. Kami meneruskan bermobil ke arah Belawan. Hanya sekitar 200 meter dari masjid ada pertigaan. Ada jalan kecil masuk ke kanan.
Kami memasuki jalan kecil itu. Tidak sampai 100 meter ada parit besar yang kotor. Sebelum parit itulah rumah nabi Muhammad. Yakni bangunan rumah biasa, dua lantai, ukuran sekitar 8 x 16 meter. Halamannya kecil, tidak terawat, tanpa pagar.