Salah satu penghuni yang mengaku paham hal-hal supranatural menyarankan mereka menaruh bawang putih dan cermin di setiap sudut kamar. Konon, tuyul takut pada bau bawang dan bayangannya sendiri.
Malam itu, mereka memasang cermin kecil di dinding dan menaruh bawang putih di ambang pintu.
Esok paginya, tidak ada lagi kejadian aneh. Kosan terasa lebih tenang.
Tapi ketenangan itu hanya sementara. Beberapa hari kemudian, saat Rina sedang membersihkan kolong ranjangnya, ia melihat jejak kaki mungil tercetak samar di debu lantai.
Jejak itu jelas tidak ada sebelumnya. Rina terpaku. Perasaan dingin menyusup hingga ke tulang. Gangguan itu belum selesai. Tuyul itu masih ada.
Ketakutan pun semakin menjadi-jadi. Banyak penghuni memilih hengkang, tak kuat dengan gangguan yang tak terlihat namun nyata dirasakan. Rina pun akhirnya memutuskan untuk pindah.
Pengalaman itu membekas dalam pikirannya hingga kini. Setiap kali ia mendengar cerita tentang uang hilang secara misterius, pikirannya langsung melayang ke masa-masa saat ia diteror makhluk tak kasat mata di kosan tua itu.
Kisah ini menjadi pengingat penting bahwa cerita horor tak selalu datang dalam wujud seram yang menampakkan diri.
Kadang, yang paling menakutkan justru adalah yang tak terlihat yang diam-diam masuk ke ruang pribadi kita, mencuri, dan meninggalkan jejak kegelisahan.
Sebagai penghuni kos, penting bagi kita untuk lebih waspada. Tidak hanya menjaga barang berharga, tetapi juga menjaga diri dan lingkungan dengan memperkuat doa serta keyakinan.
Tempat yang terlihat tenang belum tentu benar-benar aman.
Teror bisa datang dari mana saja, bahkan dari makhluk kecil tak terlihat yang tak pernah kita undang.