Catatan Dahlan Iskan

Hasil Demo

Bagikan
Dying to Survive
Dying to Survive
Bagikan

Oleh: Dahlan Iskan

“Rakyat tidak perlu lagi memilih hidup atau bangkrut”.

Itulah respons pejabat tertinggi Tiongkok setelah rakyatnya protes keras atas mahalnya harga obat di sana.

Protes itu tidak disampaikan lewat demo besar yang sampai bakar-bakar. Protes itu “hanya” disampaikan lewat film cerita. Filmmya sangat laris. Ditonton hampir seluruh orang Tiongkok: film cerita berdasar derita rakyat akibat harga obat yang mahal.

Memang ada protes sungguhan sebelum film itu dibuat. Demo sungguhan. Yang didemo adalah penjara. Rakyat kota itu berbondong membawa poster. Mereka minta agar orang yang lagi ditahan di penjara kota itu dibebaskan. “Ia bukan penjahat. Ia dewa penolong kami,” kata demonstran.

Demo itu –dan penyebab di balik demo– diangkat menjadi cerita dalam film. Judulnya, dalam bahasa Inggris, Dying to Survive. Aslinya berjudul “我不是药神” –Aku Bukan Dewa Penyembuh.

Benarkah itu film laris?

“Saya sudah menontonnya. Dua kali. Selalu menangis,” ujar petugas hotel tempat saya menginap di Beijing saat ini.

“Saya juga sudah menontonnya. Semua orang menontonnya,” ujar Janet yang sehari sebelumnya menemani saya ke Wisma Indonesia.

Sejak demo itu, terutama sejak film itu heboh, pemerintah pusat mengambil keputusan sangat cepat. Perusahaan-perusahaan obat asing dipanggil. Diminta menurunkan harga obat. Pajak-pajak impor obat dihapus.

Setelah harga obat turun, drastis, obat-obat kanker dimasukkan daftar obat yang diganti oleh BPJS-nya Tiongkok. Obat-obat itu dulunya mahal. Tidak dimasukkan dalam obat BPJS. Pasien yang berobat lewat BPJS awalnya mendapat obat yang beda. Yang lebih murah –kurang manjur.

Sejak heboh itu 91 jenis obat paten dimasukkan dalam BPJS. Bahkan belakangan angka 91 itu bertambah menjadi 3.100 jenis obat. Perubahan yang drastis.

Protes masyarakat telah mengubah kebijakan pemerintah secara drastis.

Saya tahu adanya film Dying to Survive dari dr Jagaddhito yang kemarin datang ke Beijing dari Rizhao –tempatnya mengambil gelar subspesialis jantung intervensi.

Di Rizhao, Shandong, Jagad kaget melihat di RS itu harga-harga obat sangat murah. Pun harga-harga ring jantung dan kelengkapan lainnya.

Bagikan
Artikel Terkait
Putus Rantai
Catatan Dahlan Iskan

Putus Rantai

Oleh: Dahlan Iskan Dari 1,5 jam pidato capaian satu tahun masa jabatannya...

Takdir Al Khoziny
Catatan Dahlan Iskan

Takdir Al Khoziny

Oleh: Dahlan Iskan Saya ke Al Khoziny. Kemarin. Duka akibat runtuhnya bangunan...

Setahun Berharap
Catatan Dahlan Iskan

Setahun Berharap

Oleh: Dahlan Iskan Berapa kalikah Presiden Prabowo Subianto ke luar negeri selama...

Cheng Li-wun
Catatan Dahlan Iskan

Cheng Li-wun

Oleh: Dahlan Iskan Dua wanita terpilih sebagai pemimpin di dua negara Asia....