FINNEWS.ID – Selain menyelam, pulau-pulau Wakatobi menyimpan pesona budaya dan kehidupan lokal yang menarik.
Wisata diving Wakatobi bisa dipadukan dengan eksplorasi pulau, kuliner, dan pengalaman budaya.
Wangi-Wangi, gerbang utama Wakatobi, menghadirkan pasar lokal, pantai, dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Kaledupa terkenal dengan kerajinan tenun tradisional yang memikat. Tomia adalah pusat operasi diving yang tenang, dengan pemandangan perbukitan dan laut biru.
Binongko dikenal sebagai pulau pandai besi, tempat tradisi pembuatan keris dan alat nelayan masih hidup.
Suku Bajo, atau āorang lautā, tinggal di rumah panggung di atas air. Mereka hidup selaras dengan pasang surut laut, anak-anak menyelam tanpa takut, dan orang tua menceritakan legenda laut.
Mengunjungi desa Bajo memberi wawasan unik tentang kehidupan yang bergantung pada laut.
Kuliner di Wakatobi sederhana tapi lezat. Ikan bakar hasil tangkapan pagi, daun singkong dimasak dengan rempah, dan hidangan manis berbahan kelapa menyatu dengan pengalaman menyelam dan pemandangan matahari terbenam.
Festival lokal menambah nuansa budaya, menampilkan tarian, musik, dan parade tradisional.
Untuk menuju Wakatobi, penerbangan dari Bali ke Wangi-Wangi atau Tomia adalah cara tercepat.
Alternatif lain adalah ferry dari Kendari atau liveaboard bagi yang ingin menjelajahi pulau terpencil.
Waktu terbaik berkunjung adalah Maret hingga Desember, saat visibilitas air optimal dan laut relatif tenang.
Akomodasi beragam, mulai dari Wakatobi Dive Resort yang mewah dan ramah lingkungan, homestay lokal untuk pengalaman otentik, hingga liveaboard untuk menjelajah spot eksklusif.
Konservasi menjadi bagian penting dari pengalaman di Wakatobi.
Taman Laut Wakatobi menerapkan pembatasan penangkapan ikan, sementara resort mendukung patroli terumbu dan program komunitas.
Dengan cara ini, wisatawan berkontribusi langsung dalam pelestarian ekosistem laut.