Oleh: Dahlan Iskan
“Good morning bro. Today is the beginning of the 19th year of your own revival in Tianjin in 2007”.
Tiap tanggal 6 Agustus, pagi-pagi, Robert Lai kirim WA seperti itu. Dari Singapura. Atau dari Hongkong. Dari mana saja.
Harusnya saya memang berulang tahun tanggal 6 Agustus lalu. Yakni ulang tahun bisa hidup lagi untuk tahun ke-19.
Tanggal 6 Agustus 2007 adalah hari operasi ganti hati saya. Hati lama –yang penuh dengan kanker– diganti hati baru: milik anak muda yang meninggal dunia mendadak. Itu dilakukan di 第一中心医院 di kota Tianjin.
Hati lama saya, tahun itu berumur 56 tahun. Hati baru yang menggantikannya, tahun itu, berumur 20 tahun. Maka Anda sudah tahu secara fisik, saat ini, saya sudah berumur 74 tahun. Tapi hati saya baru berumur 39 tahun.
“And… today we remember the first atomic bomb dropped in Hiroshima 80 years ago,” tulis Robert Lai di alenia kedua WA-nya.
Ia sangat jengkel dengan perang. Dengan konflik. Dengan pertengkaran. Ia sedih kalau mendengar saya sedang bertengkar. Ia selalu mengajarkan untuk cari jalan tengah. Kalau perlu mengalah. Sepanjang tidak mengancam nyawa.
Dulu kita lahir tidak membawa apa-apa. Kenapa harus memikirkan agar kalau mati masih meninggalkan banyak uang.
Robert tipe orang yang ingin selalu merayakan kehidupan. Maka ia berusaha keras agar saya tetap bisa hidup di tengah serangan kanker. Ia carikan saya dokter terbaik. Rumah sakit terbaik. Pun soal perawatan.
Ia merawat sendiri anaknya Pak Iskan. Sebelum dan sesudah operasi. Istri dan anak-anak saya pun ia larang masuk kamar perawatan sebelum cuci tangan dan pakai masker yang benar.
Pun dokter dan perawat rumah sakit. Ia perhatikan. Yang kelupaan cuci tangan ia tegur. Bahasa Mandarinnya sama bagusnya dengan bahasa Inggrisnya. Apalagi bahasa Kantong dan Hokkiannya.
Ia tahu susahnya mempertahankan hidup. Mengapa begitu banyak orang pilih mati dengan cara mengibarkan peperangan.
Saat melihat orang-orang Arab yang juga antre operasi ganti hati di Tianjin, ia membisiki saya: betapa paradoksnya! Di sana bunuh-bunuhan. Di sini berusaha keras agar tetap hidup.