finnews.id – Selembar kertas tua bisa saja tampak biasa di mata banyak orang. Tapi tidak demikian dengan satu dokumen bersejarah yang ditulis tangan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945. Di balik guratan tinta dan tanda tangan di atas kertas itulah, jiwa kemerdekaan Indonesia pertama kali dituangkan.
Pertanyaannya, di manakah sekarang tempat menyimpan naskah Proklamasi asli tersebut? Dan bagaimana nasib dokumen penting itu setelah sekian dekade berlalu?
Jejak Naskah Proklamasi: Dari Rumah ke Arsip Negara
Awalnya, naskah tulisan tangan Proklamasi disimpan secara pribadi oleh seorang tokoh pers nasional, BM Diah. Ia menyimpan dokumen tersebut selama puluhan tahun, hingga akhirnya menyerahkannya kepada negara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Penyerahan dilakukan kepada Menteri Sekretaris Negara saat itu, Moerdiono, yang kemudian menyerahkan naskah bersejarah tersebut kepada Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Noerhadi Magetsari. Sejak saat itu, ANRI menjadi tempat menyimpan naskah Proklamasi asli yang resmi dan sah milik bangsa Indonesia.
Penyimpanan Super Ketat di Arsip Nasional
ANRI kini menyimpan naskah Proklamasi tersebut di sebuah ruangan khusus yang dirancang dengan sistem keamanan berlapis. Ruangan ini bukan sekadar lemari besi, melainkan ruang penyimpanan dengan suhu dan kelembapan yang dikontrol ketat, serta sistem monitoring digital untuk menghindari kerusakan atau ancaman dari luar.
Teknologi canggih dimanfaatkan sepenuhnya agar dokumen tulisan tangan Presiden Soekarno ini tetap utuh, terbaca jelas, dan tidak rusak dimakan usia. Bahkan, penilaian risiko terhadap kerusakan dokumen dilakukan secara berkala guna mencegah kemungkinan buruk yang bisa saja muncul.
Bukan Sekadar Menyimpan, Tapi Melestarikan Sejarah
ANRI bukan hanya menjadi tempat menyimpan dokumen Proklamasi asli, tetapi juga pusat edukasi sejarah nasional. Lewat pameran, digitalisasi dokumen, hingga kegiatan literasi sejarah di kalangan pelajar dan masyarakat umum, lembaga ini berupaya menjaga makna Proklamasi tetap hidup di tengah zaman digital.