Home Lipsus Investasi Rp100 T Pabrik Baterai: Peluang atau Masalah Baru?
Lipsus

Investasi Rp100 T Pabrik Baterai: Peluang atau Masalah Baru?

Bagikan
Investasi Rp100 T Pabrik Baterai: Peluang atau Masalah Baru?
Presiden Prabowo Subianto meresmikan pabrik bateray mobil listrik di Karawang, Jabar, 29 Juni 2025 (Dok. PCO)
Bagikan

Tantangan Spesifikasi Baterai

Namun, di balik optimisme ini, tersimpan berbagai tantangan. Kukuh Kumara juga menyoroti “PR” bagi pemerintah untuk menetapkan spesifikasi baterai.

Terutama yang sangat spesifik untuk setiap model kendaraan listrik, berbeda dengan baterai konvensional.

Isu Lingkungan dalam Pembangunan Pabrik Baterai

Di sisi lain, peresmian pabrik baterai ini juga menuai perhatian serius dari pegiat lingkungan. Manager Kampanye Infrastruktur dan Tata Ruang WALHI, Dwi Sawung, menyuarakan kekhawatirannya.

Terutama jika pabrik melakukan produksi komponen baterai dari bahan mentah seperti nikel, yang berpotensi menimbulkan pencemaran tinggi.

Kilas Balik Mobil Listrik dan Hybrid di Indonesia Semester I 2025

Data Gaikindo menunjukkan dinamika menarik dalam preferensi konsumen Indonesia terhadap kendaraan elektrifikasi.

Peningkatan Pesat Penjualan Mobil Hybrid (HEV)

Data Gaikindo mencatat penjualan Mobil Hybrid Electric Vehicle (HEV) di Indonesia mengalami peningkatan signifikan.

Pada Januari-Mei 2024, total penjualan HEV mencapai 21.485 unit. Angka ini melonjak menjadi 22.819 unit pada periode yang sama di tahun 2025.

Ada kenaikan sekitar 1.334 unit, yang mengindikasikan konsumen Indonesia masih melihat HEV sebagai jembatan yang menarik menuju elektrifikasi.

Pemain Utama HEV

Toyota mendominasi pasar HEV dengan penjualan 13.814 unit pada Januari-Mei 2025. Model terlaris adalah All New Kijang Innova Zenix Q CVT TSS 2.0 HEV (CKD, Indonesia), yang berkontribusi 4.698 unit.

Penurunan Minat Pembelian Mobil Listrik Baterai (BEV)

Sementara itu, segmen Battery Electric Vehicle (BEV) menunjukkan tren yang berbeda. Pada Januari-Mei 2024, penjualan BEV mencapai 13.175 unit.

Namun, pada periode yang sama di tahun 2025, angka tersebut menurun drastis menjadi 8.662 unit, menandakan penurunan minat pembelian sekitar 4.513 unit.

Kukuh Kumara menjelaskan penurunan ini disebabkan oleh tekanan daya beli masyarakat di tengah situasi ekonomi yang belum stabil.

“Secara ekonomi kan juga lagi berat gitu kan. Jadi orang cenderung untuk menunda ataupun ya untuk sementara belum beli mobil. Apalagi mobil listrik juga ya,” ujarnya.

Selain itu, harga mobil listrik yang masih relatif mahal menjadi penghalang utama.

“Karena mobil listrik ini juga harganya relatif masih mahal ya. Walaupun ada juga yang murah. Karena harganya itu rata-rata di atas Rp400-Rp500 juta,” terang Kukuh.

Sementara mayoritas masyarakat Indonesia mencari mobil di bawah Rp300 juta.

Bagikan
Artikel Terkait
Skandal Chromebook Rp9,9 Triliun: Jejak Permainan Proyek Digitalisasi Pendidikan Era Nadiem
Lipsus

Skandal Chromebook Rp9,9 Triliun: Jejak Korupsi Digitalisasi Pendidikan Era Nadiem

Jejak Mark-Up dan Dugaan Permufakatan Jahat Modus korupsi yang diduga terjadi beragam....