Catatan Dahlan Iskan

ICCWA Tempayan

Bagikan
Bagikan

Oleh: Dahlan Iskan

 

Ada istilah Balok di Perth, Australia Barat. Saya baru dengar Selasa lalu –di forum Indonesian Chamber of Commerce Western Australia (ICCWA).

“Balok itu Bali Lombok,” ujar Indah Melindasari. Ayah-ibunyi Bali-Lombok. Sampai SMA masih di Mataram: SMAN 1.

Kini Indah jadi konsultan hukum yang sukses di Perth. Utamanya di masalah imigrasi –mirip Lia Sundah, istri pencipta lagu Lilin Lilin Kecil, di New York.

Orang seperti Indah bisa maju karena keadaan. “Waktu tiba di Perth 26 tahun lalu bahasa Inggris pun masih belepotan,” ujarnyi. Kini Indah bisa jadi salah satu sponsor pertemuan di resto Indonesia di Perth, Tempayan Bay.

Ketika Indah tiba di Perth, terjadilah krisis moneter 1998. Dia telanjur diterima di kampus kakaknyi: Curtin University. Ayah Indah kontraktor. Bisnis macet. Pilihan kakak-adik itu hanya dua: pulang ke Lombok atau kuliah sambil kerja.

Mereka pilih sambil kerja. Indah ambil jurusan komunikasi dan pariwisata. Setelah lulus pulang ke Lombok. Bekerja di perusahaan bapaknyi. Termasuk mendirikan TV lokal: TV-9.

Setelah balik lagi ke Perth, Indah kuliah hukum. Juga di Curtin. Jadilah Indah pengacara di Perth. Sukses.

Sponsor satunya lagi Ivana Wibisono. Asli Surabaya. Westindo Group. Bisnis di bidang jasa akuntansi.

“Ni hao,” sapa saya sambil menyalami Ivana.

Dia ampun-ampun. Tidak mau diajak bicara Mandarin. Tidak bisa sama sekali. Pun Agata Dharma, presiden ICCWA. Agata lahir Jakarta. Umur 10 dibawa ke Perth.

Agata masih sangat lancar berbahasa Indonesia. Ngomongnya masih secepat mesin. Dia masih bisa jadi MC di pertandingan sepak bola Western Australia All-Star vs Persebaya. Di lapangan. Dengan suara lantang: Salam satu nyali! Berkali-kali.

Agata adalah CEO perusahaan asal Jerman, Baumart Holding. Di investment house-nya.

Dari separo suku Tionghoa yang hadir di forum ICCWA hanya satu wanita yang fasih Mandarin. Muda. Cantik. Ternyata lulusan SMA Xin Zhong, Surabaya. Namanya: Serafia.

Anda sudah tahu: sebelum tahun 1960 banyak sekolah Tionghoa. Di banyak kota. Salah satunya Xin Zhong di Surabaya. Sekolah seperti itu dilarang di pertengahan 1960. Semua tutup.

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Bonek Bonita

Oleh: Dahlan Iskan “Saleem… sathu… nyali !!!” “Wani !!!!!!” Ini beda. Yang...

Catatan Dahlan Iskan

Jadi Tersangka

Oleh: Dahlan Iskan Nanda Aria, seorang wartawan Tirto.id, kirim WhatsApp (WA) ke...

Serba Utara
Catatan Dahlan Iskan

Serba Utara

Oleh: Dahlan Iskan   Anda sudah terbiasa memandang ke utara. Pun saya....

RAT 787
Catatan Dahlan Iskan

RAT 787

Oleh: Dahlan Iskan Para calon pilot diminta membuat simulasi: mengapa Boeing 787...