finnews.id – Pada perdagangan Sabtu, 26 April 2025, nilai tukar rupiah dibuka menguat sebesar 58 poin (0,34%) ke level Rp16.815 per dolar AS, naik dari posisi penutupan sebelumnya di Rp16.873. Penguatan ini memberikan angin segar bagi pasar keuangan Indonesia, terutama di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi.
Apa yang Membuat Rupiah Kembali Menguat?
Menurut Rully Nova, analis dari Bank Woori Saudara, ada beberapa faktor kunci di balik penguatan rupiah hari ini:
- Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed
Pasar global sedang dipengaruhi oleh harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Juni 2025. Kebijakan ini didorong oleh upaya mengendalikan inflasi dan menekan angka pengangguran di AS. Jika suku bunga AS turun, dolar cenderung melemah, sehingga mata uang emerging market seperti rupiah mendapat dukungan. - Pelemahan Indeks Dolar AS
Indeks dolar AS telah turun 9% dari level tertingginya dan kini berada di bawah level psikologis 100. Ini menandakan bahwa investor mulai beralih ke aset berisiko (risk-on), termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah. - Rupiah Dinilai Under Value
Rully menilai bahwa rupiah saat ini sudah terlalu murah (under value) dibandingkan fundamental ekonominya. Artinya, masih ada ruang bagi rupiah untuk menguat lebih jauh, terutama jika didukung oleh penguatan mata uang regional lainnya.
Tantangan yang Masih Menghantui
Meski menguat, rupiah masih menghadapi beberapa risiko:
- Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok
Kebijakan tarif impor AS di era Presiden Donald Trump masih menjadi momok bagi pasar. Meski ada wacana pengurangan bea masuk terhadap produk Tiongkok, belum ada kepastian konkret. Komentar pejabat AS yang kurang optimis juga membuat pasar waspada terhadap potensi eskalasi ketegangan. - Dampak Kelangkaan Bahan Baku & PHK
Kebijakan proteksionis AS telah mengganggu pasokan bahan baku global, memicu ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor manufaktur. Jika situasi ini memburuk, gejolak pasar bisa kembali melemahkan rupiah.
Proyeksi Pergerakan Rupiah ke Depan
Analis memprediksi rupiah hari ini akan bergerak dalam kisaran Rp16.800–Rp16.875 per dolar AS. Namun, arah pergerakan selanjutnya sangat bergantung pada:
- Keputusan The Fed terkait suku bunga,
- Dinamika kebijakan perdagangan AS-Tiongkok,
- Sentimen investor terhadap aset emerging market.
Kesimpulan
Nilai tukar rupiah hari ini menunjukkan sinyal positif, didorong oleh sentimen global yang mendukung mata uang negara berkembang. Namun, investor tetap perlu waspada terhadap berbagai risiko eksternal yang dapat mengubah tren dalam sekejap. Dengan memantau perkembangan kebijakan The Fed dan ketegangan AS-Tiongkok, pelaku pasar bisa mengambil keputusan lebih bijak dalam mengelola eksposur terhadap rupiah.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek rupiah ke depan? Simak terus perkembangan terbaru untuk mendapatkan insight yang lebih mendalam.