finnews.id – Di tengah pagi yang tampak biasa di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, suasana mendadak berubah drastis. Gunung Semeru, si raksasa yang selama ini berdiri megah di sisi selatan kabupaten kembali menunjukkan aktivitasnya.
Letusan terjadi pada Selasa (15/4/2025), memuntahkan kolom abu vulkanik setinggi 1.000 meter dari kawah Jonggring Saloka. Inilah peringatan nyata bahwa Semeru belum benar-benar tenang.
Momen Erupsi yang Terekam Warga
Dalam sebuah rekaman warga yang viral di media sosial lokal, terlihat jelas bagaimana abu pekat keluar dari kubah lava, melesat ke langit dan terbawa angin ke arah barat daya. Situasi itu tidak hanya mengguncang secara visual, tapi juga menyisakan ketegangan bagi masyarakat sekitar yang hidup berdampingan dengan gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa ini.
Data Resmi PVMBG: Kolom Abu Mengarah Barat Daya
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat letusan ini terjadi pada pukul 09.18 WIB. Kolom abu berwarna putih keabu-abuan terpantau memiliki intensitas tebal dan bergerak ke barat daya. Seismograf mendeteksi aktivitas vulkanik ini dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 190 detik.
Meski peningkatan aktivitas terdeteksi, status Gunung Semeru masih berada pada Level II (Waspada).
Peringatan Serius: Bahaya Abu hingga Aliran Lahar
PVMBG memperingatkan masyarakat untuk tetap waspada. Potensi hujan abu bisa mengganggu pernapasan dan aktivitas harian. Risiko lain yang tak kalah berbahaya adalah awan panas serta aliran lahar, yang bisa menerjang dengan kecepatan tinggi dan radius luas.
Mereka yang tinggal di lereng gunung diimbau untuk terus memantau informasi resmi dan tidak meremehkan peringatan yang dikeluarkan.
“Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap waspada, selalu berhati-hati, dan mematuhi setiap rekomendasi yang dikeluarkan oleh PVMBG,” kata Yudhi Cahyono, Kepala Bidang Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang.
Imbauan Khusus: Aktivitas Penambangan Harus Dihentikan
Salah satu titik perhatian penting dalam kejadian ini adalah area sungai Besuk Kobokan, yang berhulu langsung dari Gunung Semeru. Di sinilah potensi bencana sekunder bisa terjadi, terutama awan panas dan aliran lahar yang diperkirakan dapat menjalar hingga 13 kilometer dari puncak.