finnews.id – Dengan gigih bertahan selama 11 lap di Sprint Race MotoGP Qatar, Jorge Martin menyelesaikan balapan pertamanya musim ini sebagai pembalap Aprilia Racing.
Meski belum pulih sepenuhnya dari cedera yang membuatnya absen di beberapa seri awal, juara dunia bertahan ini patut bangsa bisa finis di posisi ke-16 dengan ritme stabil—meski harus menahan sakit.
Yang mengejutkan, ia sempat beradu strategi dengan Francesco Bagnaia, rival beratnya dalam beberapa musim terakhir.
“Saya tidak menyangka bisa menyalip Bagnaia. Itu bukan posisi biasa bagi saya maupun dia,” akunya. “Saya kira dia mengalami masalah, tapi ternyata tidak. Tapi seru bisa seperti ‘nostalgia’ menyalipnya di balapan pertama saya.”

Fisik Lemah, Semangat Tak Pudar
Martin mengakui keterbatasan fisiknya menjadi tantangan terbesar. Cedera di lengan kiri memaksanya mengandalkan lengan kanan secara berlebihan—ironis, karena 70% tikungan Sirkuit Lusail mengarah ke kanan. “Lap awal masih baik, tapi begitu lengan kanan kehilangan tenaga, saya hanya fokus bertahan,” ujarnya.
Selain itu, adaptasi dengan motor Aprilia juga belum optimal. “Saya belum paham betul cara kerjanya, jadi ban lebih cepat aus. Posisi duduk saya juga tidak natural, membuat otot cepat lelah,” tambahnya.
Target Finis GP: Misi Nyaris Mustahil?
Dengan kondisi fisik yang masih terbatas, Martin realistis menyikapi tantangan balapan utama besok. “22 lap akan sangat sulit. Tapi jika berhasil, itu sudah prestasi,” katanya. Meski begitu, ia optimis: “Saya hanya tertinggal 0,7 detik dari catatan waktu saya di Ducati. Artinya, progres sudah baik.”
Di balik rasa sakit, Martin tetap menemukan sisi positif. “Ini latihan juga buat saya. Hari ini saya memaksakan diri, dan itu berguna.”
Langkah Selanjutnya: Cari Posisi Nyaman
Martin berharap bisa segera menemukan posisi berkendara yang lebih ergonomis untuk mengurangi kelelahan. “Saya butuh lebih banyak lap untuk memahami motor ini, terutama soal pengereman dan elektronik,” pungkasnya.
Dengan semangat pantang menyerah, balapan di Qatar menjadi bukti bahwa juara dunia ini tak mudah menyerah—bahkan ketika tubuhnya belum sepenuhnya bersahabat.