Menurut Ibrahim, tarif tinggi yang diberlakukan dalam perang dagang dapat menurunkan volume perdagangan global, terutama bagi negara-negara seperti Indonesia yang sangat mengandalkan ekspor. “Ketika ekspor melemah, tentu berimbas pada stabilitas nilai tukar, termasuk rupiah,” tuturnya.
Meski hari ini rupiah berhasil mencatat penguatan, sentimen global yang belum pasti tetap menjadi tantangan utama. Pelaku pasar diharapkan tetap cermat dalam membaca arah kebijakan ekonomi global, terutama yang berasal dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. (*)