finnews.id – Suasana lengang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menjadi perbincangan setelah akun TikTok @aryawedakarnasuyasa membagikan kondisi sepi saat mendarat dari Jakarta. Fenomena ini memicu pertanyaan, apakah hal ini sekadar dampak musim sepi (low season) atau ada faktor lain yang mempengaruhi turunnya jumlah wisatawan ke Bali?
Salah satu spekulasi yang mencuat adalah imbas laporan Fodor’s Travel, panduan perjalanan asal Amerika Serikat, yang memasukkan Bali dalam daftar destinasi yang tidak layak di kunjungi pada 2025.
Lingkungan dan Infrastruktur Menjadi Perhatian
Masalah lingkungan dan infrastruktur juga menjadi perhatian. Sampah plastik yang mencemari pantai, kemacetan lalu lintas, serta pembangunan yang tidak terkendali membuat beberapa wisatawan merasa kurang nyaman. Beberapa laporan media internasional bahkan menyoroti masalah ini, yang berdampak pada citra Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Namun, menurut Agustinus Apollonaris KD dari posbali.net, kondisi sepi di bandara masih dalam kategori wajar mengingat Bali saat ini tengah memasuki masa low season, periode di mana jumlah wisatawan biasanya mengalami penurunan.
“Mulai Mei, biasanya ada peningkatan wisatawan karena bertepatan dengan liburan sekolah. Selain itu, kegiatan pemerintahan juga umumnya mulai berjalan dari Mei hingga akhir tahun,” ujarnya, Senin (17/3).
Apollonaris menambahkan bahwa periode Agustus hingga Oktober merupakan high season bagi wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa, Australia, Amerika, India, dan Singapura—lima negara penyumbang wisatawan terbesar ke Bali. Jika setelah Mei jumlah wisatawan tetap rendah, bisa jadi itu merupakan indikasi pemangkasan anggaran dan efisiensi kementerian mulai berdampak pada sektor pariwisata dan ekonomi Bali.
Sepinya pariwisata Bali berdampak besar pada perekonomian masyarakat lokal. Sektor pariwisata menyumbang lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali. Dengan berkurangnya wisatawan, banyak bisnis yang mengalami penurunan pendapatan drastis. Hotel, restoran, agen perjalanan, serta pedagang suvenir kehilangan pelanggan, menyebabkan banyak usaha gulung tikar.
Dampak ke Devisa Negara
“Presiden bisa mempertimbangkan untuk mengecualikan sektor strategis seperti pariwisata dari pemangkasan anggaran yang berlebihan. Pariwisata adalah salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Jika tidak di kelola dengan baik, dampaknya bisa meluas ke sektor lain seperti UMKM, perhotelan, dan transportasi,” kata Apollonaris yang akrab di sapa Appolo.
Tantangan Bali untuk Bangkit
Selain itu, tantangan lain yang membayangi Bali adalah pertumbuhan wisatawan yang tidak terkendali tanpa pengelolaan yang baik. Masalah kemacetan, sampah yang menumpuk, serta pembangunan yang mengancam budaya lokal menjadi faktor yang perlu segera di tangani agar tetap menjadi destinasi unggulan.
Jika tren penurunan wisatawan berlanjut, pemerintah dan pelaku industri pariwisata perlu segera merumuskan strategi baru. Pembenahan infrastruktur, pengelolaan lingkungan yang lebih baik, serta promosi pariwisata yang lebih selektif bisa menjadi langkah penting untuk menjaga daya tarik Bali di kancah internasional.