Lomba Ogoh-Ogoh Puspem Badung 2025 Digelar 30 Maret
Lomba Ogoh-Ogoh Pusat Pemerintahan (Puspem) Badung 2025 dipastikan akan digelar pada 30 Maret 2025. Ajang tahunan ini akan diikuti oleh Sekaa Teruna Teruni (STT) dari berbagai desa adat di Badung, menampilkan kreativitas dan kearifan lokal dalam seni rupa serta pertunjukan.
Acara ini akan berlangsung di Puspem Badung, Bali, dengan beberapa kategori penilaian utama. Para peserta akan dinilai berdasarkan keindahan serta kreativitas desain ogoh-ogoh, teknik pembuatan dengan penggunaan material ramah lingkungan, koreografi pementasan serta musik pengiring, hingga makna filosofis yang terkandung dalam konsep ogoh-ogoh yang ditampilkan.
Lomba ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sebagai wadah pelestarian budaya dan tradisi Bali. Antusiasme masyarakat diharapkan tinggi, mengingat ogoh-ogoh merupakan salah satu simbol perayaan Nyepi yang kental dengan nilai-nilai spiritual dan seni.
Dengan penilaian ketat dari dewan juri, peserta diharapkan mampu menampilkan karya terbaik yang tidak hanya megah secara visual, tetapi juga sarat akan makna budaya dan lingkungan.
Kemegahan Lomba Ogoh-Ogoh di Badung: Ajang Unjuk Kreativitas
Lomba Ogoh-Ogoh di Badung menjadi salah satu yang paling bergengsi di Bali. Setiap tahun, puluhan banjar berpartisipasi dalam kompetisi ini, menampilkan karya terbaik mereka di hadapan ribuan penonton. Pemerintah Kabupaten Badung bahkan menyediakan hadiah jutaan rupiah bagi pemenang, yang semakin memotivasi masyarakat untuk berkreasi.
Parade ogoh-ogoh biasanya di mulai pada sore hari, dengan setiap kelompok membawa patung mereka ke jalan utama desa. Musik gamelan baleganjur mengiringi arak-arakan, menciptakan suasana yang magis dan penuh semangat. Para pemuda yang mengangkat ogoh-ogoh menampilkan atraksi unik, seperti memutar patung dengan cepat atau mengayunkannya ke berbagai arah untuk menambah kesan dramatis.
Salah satu aspek yang di nilai dalam lomba ini adalah kesesuaian tema dengan filosofi Nyepi. Juri juga memperhatikan detail artistik, inovasi dalam desain, serta keterampilan dalam menggerakkan ogoh-ogoh. Beberapa tahun terakhir, tema lingkungan dan isu sosial semakin sering di angkat, menunjukkan bahwa seni tradisional juga bisa menjadi media kritik sosial yang efektif.